Di Mana ‘Demokrasi ala-AS’ Muncul, di Situlah Muncul Kekacauan

2022-09-02 13:31:51  

Pada tanggal 29 Agustus tahun lalu, sehari sebelum seluruh tentara AS mundur dari Afghanistan, tentara AS melancarkan serangan udara di Afghanistan dengan alasan memberantas organisasi esktremis, serangan tersebut menewaskan 10 warga sipil termasuk 7 anak-anak, di antaranya, usia yang paling kecil baru 2 tahun.

Pada tanggal 29 Agustus tahun ini, bentrokan besar yang terjadi di Baghdad, ibu kota Irak pun telah mengakibatkan lebih dari 30 orang tewas dan ratusan orang luka-luka. ‘Zona hijau’ yang dijaga ketat oleh tentara AS pun telah diserang peluru roket. Harian New York Times melaporkan, insiden ini mungkin menandakan bahwa Irak mulai memasuki fase yang lebih berbahaya lagi.  

Dari Afghanistan ke Irak, AS mencoba membangun ‘contoh demokrasi’ dengan senjata, namun kenyataan yang menyedihkan membuktikan bahwa di mana ‘demokrasi ala-AS’ muncul, di situ pasti muncul keguncangan dan bentrokan, termasuk jatuhnya korban dalam jumlah besar dan munculnya pengungsi dalam jumlah besar.


Pada hakikatnya, ‘demokrasi ala-AS’ yang dipaksakan belum tentu sesuai, apalagi demokrasi yang diekspor AS sebenarnya bersifat menindas dan menekan, dan tujuan strategisnya adalah mempertahankan hegemoni AS. Pakar isu strategis Irak Muqtada al-Sadr menunjukkan, tujuan invasi AS di Irak bukanlah demi demokrasi Irak melainkan dominasi AS di Timur Tengah.

Dua puluh tahun telah berlalu, jutaan warga sipil yang tak berdosa di Timur Tengah tewas akibat ‘demokrasi ala-AS’. Komunitas internasional harus menghitungkan kejahatan yang dilakukan AS di Timur Tengah dan menuntut keadilan bagi para korban yang tak berdosa.