Manipulasi Gelap AUKUS Digagalkan Lagi oleh IAEA

2022-09-14 12:12:32  

Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia (AUKUS) ingin diam-diam ‘melegalkan’ kerja sama kapal selam nuklir, tapi akhirnya gagal untuk yang ke-4 kalinya. Pada hari Senin lalu (12/9), dalam perundingan ke-4 Dewan Pengurus Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memutuskan untuk membahas isu terkait kerja sama kapal selam nuklir AUKUS melalui topik pembahasan formal secara terpisah. Hal itu berarti, kerja sama kapal selam nuklir AUKUS bukanlah hal yang dapat ditangani oleh ketiga negara tersebut sendiri, melainkan harus ditangani bersama oleh para anggota IAEA.

AS, Inggris dan Australia adalah penandatangan Perjanjian Non-proliferasi Nuklir (NPT), maka harus menjalani kewajiban non-proliferasi nuklir.

Faktanya, kerja sama kapal selam nuklir AUKUS melibatkan uranium yang diperkaya tingkat senjata, serta transfer teknologi dan peralatan terkait, maka terdapat risiko serius proliferasi nuklir, melanggar visi dan azas tujuan Perjanjian Non-proliferasi Nuklir, sementara melampaui jangkauan Sekretariat IAEA, maka harus dibahas dan diputuskan bersama oleh para anggota IAEA.

Kini, Dewan Pengurus IAEA telah 4 kali berturut-turut menggagalkan manipulasi gelap AUKUS. Hal itu menunjukkan bahwa masayrakat internasional telah mengenal bahwa sifat dasar AUKUS adalah bersekongkol dan berkonfontasi, mengenal standar ganda tipikal AS dan Inggris yang menyampaikan keprihatinannya atas isu nuklir Korea Utara dan Iran namun sambil memfasilitasi kerja sama kapal selam nuklirnya dengan Australia.

Tiongkok dan Indonesia telah menyerahkan dokumen pekerjaan kepada Konferensi Peninjauan Perjanjian Non-proliferasi Nuklir ke-10 yang diadakan pada bulan Agustus lalu, menyampaikan keprihatinan terhadap risiko proliferasi nuklir akibat kerja sama kapal selam nuklir.

Namun sejauh ini, ketiga negara tersebut masih belum menanggapi keprihatinan masyarakat internasional, tetap menutup-nutupi detail kerja sama AUKUS, bahkan mempersulit pengawasan dan pengelolaan IAEA. Peneliti Senior selaku Pendiri CSIS Indonesia, Jusuf Wanandi menyatakan, kerja sama kapal selam nuklir AUKUS telah membuat kawasan menghadapi risiko proliferasi nuklir, dan berbagai pihak Indonesia menyatakan kemarahan keras.

Senjata nuklir bagaikan Pedang Damocles di atas kepala manusia. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa kini, penggunaan senjata nuklir menjadi risiko tertinggi sejak zaman Perang Dingin. Kerja sama kapal selam nuklir AUKUS sama sekali bukan masalah mereka sendiri dan tidak boleh diputuskan oleh mereka sendiri. Ketiga negara tersebut harus menjelaskan kepada seluruh dunia bagaimana mereka memenuhi kewajibannya untuk mencegah proliferasi nuklir.