Jepang Harus Hormati Aspirasi Rakyat dan Segera Hentikan Rencana Pembuangan Air Limbah Nuklir ke Laut

2022-09-23 10:53:45  


 Pada bulan April 2021, pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk membuang air limbah nuklir Fukushima ke laut mulai dari musim semi 2023. Demi membela tindakannya yang tidak terpuji tersebut, para politikus Jepang berkoar bahwa air limbah nuklir sudah diproses melalui sistem pemrosesan ALPS sehingga sangat aman, bahkan bisa ‘diminum’. Selama satu tahun ini, retorika tersebut sudah terbukti merupakan sebuah kebohongan belaka.

Baru-baru ini, perusahaan tenaga listrik Tokyo yakni Tepco mengumumkan hasil analisa terhadap sampel air limbah nuklir PLTN Fukushima setelah melalui pemrosesan ALPS. Ternyata konsentrasi strontium (Sr)-90 air limbah tersebut merupakan 3 kali lipat dari standar nasional Jepang. Jauh pada bulan Juni 2021, Tepco pernah secara terbuka meminta kepada masyarakat untuk mendapatkan teknologi penyaringan zat deuterium nuklir yang terdapat di air limbah nuklir Fukushima. Hal ini sepenuhnya menunjukkan bahwa pemerintah Jepang berbohong soal keamanan air limbah nuklir yang telah diproses. Keraguan masyarakat internasional terhadap data-data pihak Jepang terkait keefektifan sarana pemrosesan serta dampak pembuangan air limbah nuklir terhadap lingkungan adalah hal yang wajar. Masyarakat Jepang pun menentang pemerintahnya membuang air limbah nuklir ke laut.

Gara-gara insiden kebocoran nuklir level tertinggi yang menimpa PLTN Fukushima pada tahun 2011, hasil laut dan pangan dari Fukushima dinyatakan sudah tercemar dan pengimporannya dilarang oleh banyak negara dan daerah. Baru-baru ini, Taiwan Tiongkok berhasil menemukan zat radioaktif Cesium-137 dan Cesium-134 beserta kombinasinya dari tepung konjak yang diimpor dari Prefektur Gunma Jepang sehingga sangat mengejutkan masyarakat Taiwan.

Diperkirakan, air limbah nuklir yang tersimpan di PLTN Daiichi Fukushima sudah melampaui 1,3 juta ton. Terdesak semakin bertambahnya air limbah, maka pemerintah Jepang pun menggencarkan rencana pembuangan air limbah nuklir ke laut, dan bersilat lidah bahwa laut memiliki kemampuan untuk membersihkan zat beracun radioaktif. Maksudnya adalah membereskan penimbunan air limbah nuklir dengan cara yang dapat menghemat uang dan tenaga. Jika rencana itu benar-benar dilaksanakan, maka hal itu berarti semakin banyak negara-negara dan daerah yang akan menghadapi risiko yang sangat berbahaya. Hasil kalkulasi dari lembaga ilmiah maritim Jerman menunjukkan, jika air limbah nuklir dibuang ke laut, maka hanya dalam waktu 57 hari saja limbah tersebut telah mencapai separuh lebih perairan Pasifik, dan hanya dalam waktu 3 tahun saja pengaruh air limbah tersebut akan menyebar ke AS, Kanada dan Australia. Para ahli nuklir dari Green Peace menunjukkan, Karbon-14 yang terdapat di air limbah nuklir Jepang akan terus mengancam dunia bahkan sampai ribuan tahun kemudian, apalagi unsur itu kemungkinan akan mengakibatkan kerusakan pada genom.

Penanganan air limbah nuklir Fukushima bukanlah urusan Jepang sendiri, melainkan isu yang menyangkut ekosistem maritim global dan kesehatan rakyat setiap negara. Aspirasi rakyat pantang dilanggar. Pemerintah Jepang diharapkan tidak lagi menutup mata dan telinganya terhadap protes dan penentangan keras masyarakat domestik maupun rakyat negara-negara di sekitarnya. Pemerintah Jepang harus menghadapinya secara langsung, dan segera menghentikan rencana bahayanya untuk membuang air limbah nuklir ke laut.