Konferensi Pers “Hubungan Luar Negeri Tiongkok Era Baru” Soroti Dekade Diplomasi Tiongkok

2022-09-30 12:03:23  


 


Konferensi pers khusus terkait “Hubungan Luar Negeri Tiongkok Era Baru” digelar di Beijing. Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Ma Zhaoxu memaparkan hasil-hasil diplomatik Tiongkok selama satu dekade terakhir.

Dalam sepuluh tahun yang lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping secara personel menyempatkan diri dalam serangkaian diplomasi kepala negara yang telah menuai hasil-hasil bernas. Selama sepuluh tahun ini, Xi Jinping total melakukan 42 kali perlawatan ke luar negeri untuk mengunjungi 69 negara di lima benua. Sementara itu ia telah menerima kunjungan seratus lebih kepala negara atau kepala pemerintah.

Ma Zhaoxu menyatakan, dengan bertolak dari situasi keseluruhan perkembangan Tiongkok dan dunia, Xi Jinping telah mengajukan serangkaian pedoman baru, gagasan baru dan inisiatif baru yang berkarakteristik Tiongkok. Dengan demikian terbentuklah pikiran diplomatik Xi Jinping yang memanifestasikan semangat zaman dan memimpin kemajuan dan perkembangan umat manusia.

“Dengan dipimpin pikiran diplomatik Xi Jinping, Tiongkok dengan teguh menempuh jalan pembangunan perdamaian, mendorong pembentukan komunitas senasib sepenanggungan manusia, mendorong pembentukan hubungan antar negara tipe baru yang saling menghormati, setara, adil, kooperatif dan menang bersama, selalu berperan sebagai peserta pembangunan perdamaian dunia, kontributor pembangunan dunia, serta penjaga ketertiban internasional.”

Sejak Kongres Nasional ke-18 PKT, dengan dipimpin pikiran diplomatik Xi Jinping, Tiongkok berusaha melibatkan diri dalam pemerintahan global dengan intensitas yang tiada taranya sepanjang masa, dalam rangka menyumbangkan kecerdasan maupun solusi Tiongkok. Hal ini telah memperlihatkan akuntabilitas Tiongkok, dan mendapat sambutan merata masyarakat internasional. Akan tetapi, pada waktu yang sama muncul pula suara yang mencela Tiongkok bermaksud mengubah ‘tatanan internasional yang berbasis aturan’.

Menanggapi keraguan tersebut, Ma Zhaoxu menyatakan, Xi Jinping telah menyampaikan visi Tiongkok tentang pemerintahan global dalam pidatonya di berbagai ajang penting, termasuk di SMU PBB. Xi Jinping dalam pidatonya menganjurkan keterbukaan yang inklusif dan menentang eksklusivisme, mengusulkan musyawarah dan kerja sama, tidak melakukan konfrontasi dan perlawanan, serta maju bersama zaman untuk memimpin sistem pemerintahan global dan sistem internasional melakukan transformasi.

“Dengan kesempatan ini akan saya tegaskan bahwa Tiongkok mendorong pembaruan sistem pemerintahan global tidak berarti akan ‘membikin tatanan baru’, melainkan akan memperbaikinya agar lebih adil dan rasional. Ketertiban internasional harus berbasis hukum internasional yang diakui umum, tidak boleh ditentukan oleh sejumlah negara kecil dengan apa yang disebut ‘aturan’, lebih-lebih tidak boleh memaksakan regulasi dalam negerinya kepada negara lain. Tak peduli bagaimana situasi internasional berubah, Tiongkok akan teguh mengimplementasi multilateralisme sejati, akan dengan teguh memperbaiki pemerintahan global, dan mendorong aksi kerja sama multilateral.”

Memelihara kedaulatan, keamanan dan pembangunan nasional adalah misi suci yang diemban diplomasi Tiongkok. Sejak Kongres Nasional ke-18 PKT, Tiongkok dengan tekadnya yang lebih bulat dan aksinya yang lebih kuat serta tindakannya yang lebih tegas telah membela kepentingan negara dan martabat bangsa, dan selalu menguasai nasib pembangunan dan keamanan negara di tangannya sendiri, telah dengan tegas membalas provokasi terkait masalah Taiwan, memperkokoh konsensus tentang satu Tiongkok, dengan kuat menggagalkan intervensi kekuatan eksternal terhadap urusan Hong Kong, dengan fakta mengungkapkan duduk perkara Xinjiang, menggagalkan intrik politik asing yang bertipu muslihat untuk membendung Tiongkok dengan masalah Xinjiang.

“Tiongkok melakukan diplomasi untuk membela kepentingan nasional dan martabat bangsa, serta memelihara hak dan kepentingan sah Tiongkok. Kami menentang hegemonisme dan mendukung keadilan internasional. Dengan aksinya yang nyata, kami memberi tahu kepada dunia bahwa era ketika Tiongkok pernah dipermalukan dan ditindas oleh negara-negara asing telah berlalu. Tiada kekuatan apa pun yang mampu menghalangi langkah maju Tiongkok. Kami punya keyakinan untuk menghadapi tantangan, keberanian untuk tidak gentar terhadap politik kekuatan, serta pikiran yang kuat untuk memelihara keadilan. Bangsa Tionghoa pantang digencet dan berani mengatasi segala tantangan berat. Kami tidak akan pernah berpangku tangan jika kepentingan nasional dirugikan. Siapa pun jangan percaya bahwa Tiongkok akan diam saja melihat kepentingannya dilanggar. Dalam jalan maju ke depan, diplomasi Tiongkok akan maju terus pantang mundur, dan berperan sebagai pembela setia kepentingan negara dan bangsa.”