Washington Kembali Dibuat Frustrasi

2022-10-11 10:58:52  

Baru-baru ini, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengambil keputusan untuk menurunkan produksi harian minyak sebesar 2 juta barel mulai bulan November mendatang. Kesepakatan OPEC tersebut sempat menjadi sorotan masyarakat AS. Padahal pemerintah Biden sudah berusaha keras membujuk negara-negara penghasil minyak utama di Timur Tengah untuk menaikkan produksinya guna meredam kelonjakan harga minyak dan membantu AS mengatasi inflasi domestik, namun upaya tersebut kini menjadi sia-sia belaka.

Mengapa OPEC memutuskan untuk menurunkan produksi harian minyak? Menurut para analis, penyebabnya adalah karena harga minyak di pasar internasional baru-baru ini terus anjlok, sehingga OPEC terpaksa memangkas kuota produksi untuk menjaga kestabilan harga. Di pihak lain, juga terpengaruh oleh geopolitik yang kian meruncing, prospek ekonomi global yang semakin tidak stabil, dan permintaan dunia terhadap konsumsi minyak yang kemungkinan akan berkurang di masa depan.


Pendek kata, harga minyak selalu inheren dengan kelangsungan hidup negara-negara OPEC, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Kesepakatan tentang pengurangan produksi harian minyak diambil oleh OPCE dengan bertolak dari kepentingan ekonominya sendiri, namun bagi AS, keputusan itu sama seperti sebuah tamparan yang keras.

Pada bulan Juli lalu, Joe Biden melawat ke Arab Saudi untuk membujuk negara-negara penghasil minyak menurunkan produksi harian minyak mereka, namun hasilnya sia-sia belaka. Jelas saja tidak akan ada negara-negara Teluk yang mau mengikuti perintah AS. Sebaliknya, mereka telah menunjukkan tekad yang bulat untuk membela kepentingannya sendiri.

Menanggapi keputusan OPEC tentang pengurangan produksi minyak tersebut, sejumlah politikus AS yang frustrasi berkoar-koar akan menjatuhkan sanksi balasan, bahkan ada juga Senator yang berupaya mendorong pengesahan mosi untuk membalas negara-negara Teluk.

Yang ironis adalah, ketika AS meluapkan kemarahannya karena keputusan OPEC tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron secara terang-terangan menegur AS yang menjual gas alam kepada para sekutunya di Eropa dengan harga tinggi, dan berujar bahwa tindakan AS tersebut bukanlah persahabatan sejati.

Di satu pihak, AS menyatakan kemarahannya terhadap keputusan OPEC untuk menurunkan produksi, namun di pihak lain AS menjual gas alam dengan harga yang tinggi kepada para sekutunya. Itulah wajah asli AS yang egois dan hegemonis.