Memegang Erat ‘Mangkuk Nasi’ Tiongkok untuk Memelihara Ketahanan Pangan Dunia

2022-10-19 16:22:38  

(foto: Kongres Nasional ke-20 PKT dibuka di Beijing )

Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT) dibuka di Beijing, pada hari Minggu lalu (16/10), hari itu juga merupakan Hari Pangan Sedunia. Dalam kongres tersebut, Presiden Tiongkok Xi Jinping menyampaikan laporan atas nama Komite Sentral ke-19 PKT. Beliau sekali lagi menekankan untuk ‘memantapkan fondasi ketahanan pangan di segala aspek, dengan tegas melindungi garis merah tanah garapan seluas kira-kira 120 juta hektar, dan menjamin agar kebutuhan pangan rakyat Tiongkok berkecukupan’.



(fotoPetani desa Shadun, kota Wuhu, Provinsi Anhui sedang sibuk memanen padi )

Masalah pangan rakyat Tiongkok yang menempati seperlima dari populasi dunia, berkaitan dengan ketahanan pangan global, dan menjadi sorotan dunia. Dalam jumpa pers pertama pasca upacara pembukaan Kongres Nasional ke-20 PKT hari Senin kemarin (17/10),  Direktur Administrasi Pangan dan Cadangan Strategis Nasional Tiongkok Cong Liang mengatakan bahwa produksi pangan per kapita Tiongkok mencapai 483,5 kg, yang sudah melebihi batas ketahanan pangan 400 kg yang ditetapkan secara internasional. Dengan demikian, ketahanan pangan Tiongkok sudah mempunyai sebuah landasan yang kukuh.


Bagaimana cara Tiongkok menghasilkan sekitar seperempat dari produksi pangan dunia dengan kurang dari 9% lahan garapan dunia dan menghidupi hampir seperlima populasi dunia? Kuncinya adalah pemerintah Tiongkok yang aktif mendorong modernisasi pertanian, dan secara stabil meningkatkan produksi pangan secara komprehensif.



foto: Madagaskar, negara kepulauan terbesar di Afrika sedang mempromosikan teknologi padi hibrida Tiongkok, pemerintah setempat berharap, penggunaan teknologi ini dapat menyelesaikan masalah kekurangan pangan yang dihadapi negara mereka, dan mendorong perkembangan pertanian. Foto memperlihatkan petani setempat tengah memanen padi di sawah.

Saat ini, terpengaruh oleh perubahan situasi dan pandemi COVID-19 yang belum pernah terjadi selama 100 tahun ini, serta meningkatnya konflik regional dan cuaca yang ekstrem, rantai pasokan bahan pangan dunia menjadi semakin rapuh, banyak negara berkembang sedang menghadapi krisis pangan. Untuk menyelesaikan masalah ketahanan pangan yang dihadapi dunia, Tiongkok telah melakukan berbagai upaya, Tiongkok berkali-kali memberikan bantuan pangan kemanusiaan darurat kepada negara-negara yang paling membutuhkan. Sementara itu, Tiongkok juga bekerja sama dengan 140 negara dan daerah di bidang pertanian. Melalui pemasyarakatan 1.000 teknologi pertanian, produksi biji-bijian di daerah proyek rata-rata meningkat 30-60 persen, dan 1,5 juta keluarga petani memperoleh manfaat. Tindakan-tindakan tersebut telah membantu negara-negara berkembang meningkatkan kapasitas ketahanan pangan. Selain itu, Tiongkok aktif mendorong kerja sama internasional, dari mencantumkan ketahanan pangan ke dalam salah satu dari delapan bidang kerja sama inisiatif Pembangunan Global sampai mengajukan inisiatif kerja sama ketahanan pangan internasional, mendorong kerja sama internasional untuk mengurangi kerugian bahan pangan, hingga mengimbau berbagai negara untuk mempertahankan keterbukaan perdagangan pangan serta memperlancar rantai industri dan rantai pasokan internasional, Tiongkok terus mengumpulkan kekuatan dari seluruh dunia untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan, mendorong sistem pengelolaan ketahanan pangan menjadi semakin adil dan rasional.

Dalam laporan Kongres Nasional ke-20 PKT, pemimpin tertinggi Tiongkok menunjukkan tekad untuk bersama masyarakat internasional melaksanakan inisiatif Pembangunan Global dan inisiatif Keamanan Global yang diajukan oleh Tiongkok, sekaligus dengan tulus mengimbau dunia untuk bersama-sama menghadapi berbagai tantangan global. Dapat diprediksi, selain dapat memegang erat mangkok nasinya sendiri, Tiongkok juga akan terus bekerja sama dan saling membantu dengan negara-negara di dunia, berupaya bersama memelihara ketahanan pangan dunia, serta memberikan kontribusi yang baru untuk mendorong pembangunan komunitas senasib sepenanggungan.