Tiongkok Selalu Menjadi Pelaku dan Aktivis dalam Menangani Perubahan Iklim

2022-11-10 10:42:40  

Dikabarkan, Ketua Konferensi Para Pihak ke-26 dan ke-27 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim meminta tim ahli independen untuk menyusun laporan bersama dan mengimbau pengalokasian dana sebesar dua triliun dolar AS setiap tahunnya untuk mendukung negara-negara berkembang mencegah dan mengatasi masalah perubahan iklim global.

Mengenai hal tersebut, jubir Kemenlu Tiongkok Zhao Lijian dalam jumpa pers hari Rabu kemarin (9/11) menyatakan, saat ini, proses perubahan iklim global sedang menghadapi tantangan yang serius, negara-negara berkembang adalah korban terbesar dari perubahan iklim.

Zhao Lijian mengatakan, “kami mendukung konferensi membuat pengaturan yang rasional mengenai masalah kerugian dan kerusakan yang menjadi perhatian negara-negara berkembang, mendesak negara-negara industri untuk dengan sungguh-sungguh mengemban tanggung jawab historis dan kewajiban internasionalnya, membantu negara-negara berkembang meningkatkan kemampuan dalam menghadapi tantangan iklim, serta meningkatkan rasa saling percaya dan sinergi aksi antara Selatan dan Utara”.

Zhao Lijian menunjukkan, Tiongkok selalu menjadi pelaku dan aktivis dalam menangani perubahan iklim. “Kami melakukan strategi nasional yang aktif untuk menghadapi perubahan iklim serta dengan teguh menempuh jalan pembangunan yang ramah lingkungan, hijau dan rendah karbon. Sejak mengumumkan peta biru target puncak karbon dan netral karbon, Tiongkok telah mencapai hasil yang signifikan”.


Selama 10 tahun dari tahun 2012-2021, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan konsumsi energi sebesar 3%, Tiongkok telah menyokong rata-rata pertumbuhan ekonomi setinggi 6,6 persen, sedangkan emisi karbon dari PDB per unit menurun sekitar 34,4 persen, dan konsumsi energi dari PDB per unit menurun 26,4 persen. Hal ini sama dengan menghemat batu bara sebesar 1,4 miliar ton. Pada bulan Juli tahun 2021, Tiongkok telah resmi menjalankan transaksi karbon online, yang setiap tahunnya mencakup 4,5 miliar ton gas rumah kaca, dan telah menjadi pasar karbon terbesar di dunia. Tiongkok akan bersama berbagai pihak aktif ikut serta dalam pengelolaan iklim global dan bersama-sama menghadapi tantangan perubahan iklim.