Xi Jinping: Bumi yang Luas Dapat Menampung Tiongkok dan AS untuk Masing-masing Berkembang dan Makmur Bersama

2022-11-15 15:03:06  

Pada hari Senin kemarin (14/11), Presiden Tiongkok Xi Jinping mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden di Pulau Bali, Indonesia. Kedua kepala negara tersebut bertukar pendapat secara terus terang dan mendalam mengenai masalah strategis dalam hubungan bilateral serta masalah-masalah utama internasional dan regional.

 Tiongkok dan AS perlu bertolak dari sikap yang bertanggung jawab tehadap sejarah, dunia dan rakyat, menjajaki cara bergaul yang tepat bagi kedua negara di era yang baru, menemukan arah yang tepat untuk mengembangkan hubungan bilateral, mendorong hubungan Tiongkok dan AS kembali ke jalur perkembangan yang sehat dan stabil, demi menyejahterakan kedua negara bahkan dunia.

 Kebijakan dalam dan luar negeri PKT dan pemerintah Tiongkok terbuka dan transparan, niat strategisnya jelas, serta selalu mempertahankan kontinuitas dan stabilitas yang tinggi.

 Hubungan Tiongkok dan AS seharusnya tak menjadi Zero-sum game yang menentukan kalah atau menang, bangkit atau jatuh, kesuksesan Tiongkok dan AS adalah peluang bukanlah tantangan bagi satu sama lain. Bumi yang luas dapat menampung Tiongkok dan AS untuk masing-masing berkembang dan makmur bersama.

 Kedua pihak hendaknya saling memandang kebijakan dalam dan luar negeri serta niat strategis satu sama lain dengan tepat, menetapkan prinsip dasar berdialog, bukannya konfrontasi, menang bersama bukannya Zero-sum game.

 Kedua pihak hendaknya menjunjung rasa saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan bersama-sama menjamin hubungan Tiongkok dan AS menuju arah yang tepat, tidak menyimpang, tidak kehilangan kecepatan, lebih-lebih tidak bertabrakan.

 Menaati norma dasar hubungan internasional serta tiga komunike bersama Tiongkok-AS adalah kunci bagi kedua belah pihak untuk mengendalikan konflik dan perbedaan serta mencegah konfrontasi dan konflik, juga merupakan perlindungan dan jaring pengaman yang terpenting bagi hubungan Tiongkok-AS.

 Masalah Taiwan adalah inti dalam kepentingan inti Tiongkok, merupakan fondasi dalam dasar politik hubungan Tiongkok-AS, menjadi batasan pertama yang tak boleh dilampaui dalam hubungan Tiongkok dan AS.

 Menjaga kesatun dan keutuhan wilayah Tiongkok adalah harapan bersama rakyat Tiongkok dan Bangsa Tionghoa. Siapa pun yang ingin memisahkan Taiwan dari Tiongkok melanggar keadilan nasional Tiongkok, dan rakyat Tiongkok mutlak tidak memperbolehkan hal tersebut.

 “Kami berharap dapat melihat dan akan selalu berupaya memelihara perdamaian dan kestabilan Selat Taiwan, namun ‘Taiwan Merdeka’ tidak kompatibel dengan perdamaian dan kestabilan Selat Taiwan. AS diharapkan dapat konsisten dengan perkataan dan perbuatannya, menaati kebijakan Satu Tiongkok dan tiga komunike bersama Tiongkok - AS”.

Kebebasan, demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah dambaan bersama umat manusia dan juga target konsisten Partai Komunis Tiongkok (PKT). Amerika Serikat (AS) memiliki demokrasi ala AS, sedangkan Tiongkok memiliki dekorasi ala Tiongkok, semuanya sesuai dengan keadaan negara masing-masing.

Demokrasi negara manapun tidak mungkin sempurna, perlu terus dikembangkan dan diperbaiki. Perselisihan konkret antara kedua pihak dapat dibahas dengan prasyarat komunikasi yang setara. Yang disebut sebagai ‘demokrasi melawan otoritas’ bukanlah ciri khas dunia saat ini, bahkan tidak sesuai dengan arus zaman.

AS menganut kapitalisme, sedangkan Tiongkok menganut sosialisme, kedua negara menganut jalan yang berbeda. Perbedaan ini bukan baru muncul hari ini, malah akan terus ada. Kepemimpinan PKT dan sistem sosialisme didukung oleh 1,4 miliar orang Tiongkok, dan menjadi jaminan dasar pembangunan dan kestabilan Tiongkok.

Hal yang terpenting dalam pergaulan Tiongkok-AS adalah mengakui dan menghormati perbedaan itu, bukan memaksakan persamaan dan mencoba mengubah bahkan mensubversi sistem itu. AS hendaknya menaati komitmennya dengan tindakan nyata, konsisten perkataan dan perbuatannya.

Di dunia ini, kapanpun ada persaingan, namun persaingan seharusnya adalah saling belajar dan saling mengejar demi kemajuan bersama, bukan pertarunganmenang atau kalah, hidup atau mati.

Tiongkok memiliki tradisi mulia untuk terus berjuang tanpa menyerah. Semua penindasan hanya akan memancing tekad dan antusiasme orang Tiongkok. Perang dagang, perang iptek, ‘membangun tembok dan rintangan’, serta memaksa ‘pelepasan keterkaitan’ sepenuhnya melanggar prinsip ekonomi pasar dan merusak peraturan perdagangan internasional, hanya akan merugikan orang lain dan diri sendiri.

Dalam situasi dewasa ini, kepentingan bersama Tiongkok-AS bukannya berkurang melainkan semakin bertambah. Tiongkok dan AS tidak berkonflik, tidak berlawanan, melainkan hidup berdampingan dengan damai, inilah kepentingan bersama yang paling mendasar bagi kedua negara. Integrasi mendalam ekonomi Tiongkok dan AS sedang menghadapi tugas pembangunan yang baru, perlu saling memperoleh keuntungan dari pembangunan satu sama lain, ini juga merupakan keuntungan bersama. Pemulihan ekonomi global pasca pandemi, penanganan perubahan iklim, dan penyelesaian isu panas regional, semuanya tidak terlepas dari koordinasi dan kerja sama Tiongkok dan AS, ini juga merupakan keuntungan bersama.

Menghadapi krisis global dan majemuk seperti krisis Ukraina, terdapat 3 hal yang patut dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Pertama, dalm konflik dan peperangan apapun tidak ada pemenang. Kedua, masalah yang rumit tidak ada solusi yang sederhana. Ketiga, konflik antar negara besar harus dihindarkan.