Jubir Kemenlu Bantah Perkataan Menlu Jerman Terkait Tiongkok

2022-11-29 10:56:20  

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian hari Senin kemarin (28/11) membantah perkataan Menteri Luar Negeri Jerman terkait Tiongkok, dan menekankan harus menghormati fakta, berpendirian objektif dan adil ketika mengeluarkan komentar, alih-alih main tuding berdasarkan informasi yang salah atau sebatas spekulasi subjektif saja.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dalam pidatonya mengatakan, ‘negara anggota G77 yang kaya’ seperti Tiongkok dan Arab Saudi memeras negara lain untuk memperoleh keuntungan absolut, ia juga mengeluarkan komentar salah terkait investasi perusahaan asing di Tiongkok.

Terkait hal tersebut Zhao Lijian menunjukkan, perkataan terkait tidak sesuai dengan fakta.

“Tiongkok bukan anggota G77. Sebagai negara berkembang terbesar, Tiongkok senantiasa berdiri di pihak negara-negara berkembang, senantiasa dengan tegas memelihara kepentingan bersama negara-negara berkembang, dan menyediakan bantuan semampunya bagi pembangunan negara-negara berkembang demi mewujudkan hubungan yang saling menguntungkan dan menang bersama, bukannya memperoleh keuntungan dengan memeras negara-negara berkembang seperti yang disebutkan oleh negara tertentu,” ujar Zhao.

Zhao Lijian menunjukkan, Tiongkok bersikap terbuka dalam bidang bandara, pelabuhan, dan telekomunikasi. Berdasarkan laporan ‘Situasi Perkembangan Perusahaan Telekomunikasi Investasi Asing’ yang diumumkan Akademi Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Tiongkok, terhitung sampai bulan Juni 2020 yang lalu, total terdapat 266 perusahaan telekomunikasi modal asing telah mendapat izin di Tiongkok. Pada tahun 2021, Tiongkok telah menyesuaikan kebijakan akses investasi asing di bidang penerbangan sipil menjadi pola daftar negatif.

Sementara itu, Zhao Lijian juga membantah pernyataan politikus Jerman yang mengingatkan perusahaan Jerman untuk mengurangi ‘ketergantungan terhadap Tiongkok’. Zhao Lijian menekankan bahwa ‘ketergantungan terhadap Tiongkok’ adalah sebuah proposisi palsu.

“Karena kerja sama selalu saling menguntungkan, demikian juga dengan ketergantungan. Selama 40 tahun reformasi dan keterbukaan dilaksanakan, Tiongkok terus memperluas dan membuka bidangnya, serta berupaya menyediakan lingkungan bisnis yang berorientasi pada pasar, hukum dan internasional kepada investor asing. Kami bersedia memperdalam kerja sama dan menikmati peluang bersama dengan berbagai negara di dunia, tutur Zhao Lijian.