Hubungan Tiongkok-Australia Telah Dimulai Kembali

2022-12-23 15:11:50  


 

Presiden Tiongkok Xi Jinping saling mengirimkan ucapan selamat dengan Gubernur Jenderal Australia David Hurley dan Perdana Menteri Australia Albanese untuk merayakan peringatan 50 tahun penggalangan hubungan diplomatik kedua negara. Sementara itu, menteri luar negeri kedua negara juga menggelar dialog diplomatik dan strategis Tiongkok-Australia putaran ke-6 di Beijing dan mencapai berbagai kesepahaman mengenai perbaikan hubungan bilateral. Kedua pihak sepakat, hubungan Tiongkok-Australia harus sesuai dengan posisi kemitraan strategis komprehensif kedua negara, atas dasar ini saling menghormati, setara dan saling menguntungkan, mengelola dan mengendalikan perselisihan.

 


Ini merupakan upaya terbaru yang dilakukan oleh kedua negara untuk memperbaiki dan mengembangkan hubungan. Pada bulan lalu, Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Albanese menggelar pertemuan di Bali, Indonesia, pertemuan tersebut menunjukkan arah yang tepat untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara. Kali ini, setelah berselang tiga tahun, Menlu Australia berkunjung ke Tiongkok, Tiongkok dan Australia menghidupkan kembali mekanisme diplomatik dan dialog yang telah berhenti selama 4 tahun. Hal ini merupakan langkah penting untuk melaksanakan kesepahaman yang dicapai oleh kedua pemimpin negara di Bali.

 

Tiongkok dan Australia sama-sama adalah negara penting di kawasan Asia-Pasifik. Hubungan antara kedua negara pernah menduduki posisi terdepan dalam hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara maju. Pada tahun 1972, Tiongkok dan Australia secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Pada tahun 2014, hubungan Tiongkok-Australia ditingkatkan menjadi hubungan kemitraan strategis komprehensif. Pada tahun 2015, Perjanjian Perdagangan Bebas Tiongkok-Australia mulai berlaku. Tiongkok adalah mitra perdagangan terbesar bagi Australia, siswa-siswa Tiongkok yang belajar di Australia merupakan kelompok siswa asing terbesar di Australia, Tiongkok juga menjadi negara sumber wisatawan terbesar Australia, beberapa ‘terbesar’ ini telah menunjukkan kedekatan kerja sama Tiongkok-Australia.

Akan tetapi, pada beberapa tahun lalu, di bawah latar belakang kompetisi antar negara besar yang dilakukan AS, sejumlah politikus Australia melepaskan kebijakan pragmatisnya yang saling menguntungkan dan kerja sama bersahabatnya dengan Tiongkok, bersama dengan AS menekan Tiongkok. Dari melarang perusahaan telekomunikasi Tiongkok untuk ikut serta dalam pembangunan 5G di dalam negeri Australia, sampai menggembar-gemborkan ‘ancaman Tiongkok’, hingga mendukung  apa yang disebut sebagai ‘strategi Indo-Pasifik’ AS, berpartisipasi dalam Mekanisme Kemitraan Keamanan Trilateral, pandangan sempit strategis dan tindakan salah sejumlah politikus Australia  mengakibatkan hubungan Tiongkok-Australia jatuh ke dalam kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 


Pada Mei 2022 lalu, Partai Buruh yang berkuasa dalam pemerintah baru Australia menunjukkan keinginannya untuk memperbaiki dan mengembangkan hubungan antara kedua negara. Berbagai kalangan Australia pun mendesak pemerintah baru untuk memperbaiki hubungan dengan Tiongkok. Tiongkok juga memberikan tanggapan yang positif terhadap hal ini. Hubungan Tiongkok-Australia memiliki peluang perbaikan.

 

Belajar sejarah untuk mengetahui masa depan. Tiongkok mengajukan, dalam berhubungan, kedua pihak harus memegang tiga prinsip dengan baik, yakni saling menghormati satu sama lain, mencari persamaaan di tengah perbedaan, saling menguntungkan dan menang bersama. Kedua belah pihak dapat merumuskan peta jalan untuk meningkatkan dan mengembangkan hubungan Tiongkok-Australia pada tahap selanjutnya dari empat aspek, yaitu menjaga kontak dan pertukaran, menangani perbedaan dengan baik, mendorong kerja sama praktis, dan mendorong pertukaran antar rakyat. Hal ini tidak saja menyimpulkan cara berhubungan antara kedua negara, tapi juga mengajukan tindakan konkret untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara, yang akan membantu kedua pihak untuk kembali ke ‘misi awal, menuju arah yang tepat dan kembali dimulai dari awal’.

 

Saat ini, dunia telah memasuki periode baru yang bergejolak, sejumlah negara menghasut konflik regional dan konfrontasi antar kelompok, hal ini telah menimbulkan ancaman yang serius bagi perdamaian dan pembangunan di Asia Pasifik. Diharapkan Australia tetap menjaga rasionalitas strategisnya dan tidak bertindak sebagai ‘pion’ negara lain dengan mengorbankan kepentingannya sendiri. Sebuah hubungan Tiongkok-Australia yang stabil tidak hanya sesuai dengan kepentingan rakyat kedua negara, tapi juga menguntungkan perdamaian, stabilitas dan kemakmuran Asia Pasifik bahkan seluruh dunia.