Amerika Serikat Maish Jadi Kendala Terbesar dalam Penanggulangan COVID-19

2023-01-11 15:26:14  


 Baru-baru ini, sejalan dengan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat di Tiongkok, semakin banyak negara yang menyatakan sudah siap menyambut wisatawan Tiongkok.

Akan tetapi masih ada sejumlah negara yang bersikeras melawan arus utama internasional dengan menghalangi upaya penanggulangan pandemi global.

Belum lama yang lalu, AS menerapkan pembatasan terhadap kedatangan pelancong asal Tiongkok sambil menyebut akan menyediakan bantuan vaksin kepada Tiongkok. Sikap AS tersebut sama seperti berakting. Selama tiga tahun ini, sebenarnya AS-lah yang menjadi negara tergagal dalam melawan pandemi COVID-19, namun justru negeri inilah yang berusaha mempersolek diri menjadi pemimpin dan pendukung upaya penanggulangan pandemi global. Akan tetapi, bagaimana mereka berusaha berakting, kegagalan mereka sudah tidak dapat ditutupi lagi.

Dengan vaksin sebagai contohnya, AS selalu membual bahwa dirinya adalah ‘penyumbang vaksin virus corona terbesar’, dan berkomitmen akan menyumbangkan 1,1 miliar dosis vaksin virus corona sebelum tahun 2023, namun sebenarnya sampai tanggal 5 Januari lalu, AS baru menyediakan 665,1 juta dosis vaksin, yakni hanya separo lebih dari janjinya. Data CDC AS menunjukkan, selama bulan Maret hingga September 2021, AS sedikitnya telah membuang 15,1 juta dosis vaksin, mereka lebih rela menimbun vaksin hingga kedaluwarsa daripada memberikannya pada negara yang membutuhkan. Vaksin yang disumbangkan oleh AS terutama diberikan kepada negara-negara di sekitarnya.

Selama tiga tahun terakhir ini, AS hampir dilanda oleh semua varian virus atau subvarian virus corona yang bermutasi. Akan tetapi, pemerintah AS selalu bersikap pasif dalam melawan pandemi dan membiarkannya tersebar ke berbagai daerah di dunia, sehingga menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat mancanegara. Menurut statistik, dari bulan April 2020 hingga Maret 2021, warga negara AS total telah melakukan perjalanan ke luar negeri sebanyak 23,195 juta kunjungan, dengan tujuan wisata mencakup hampir seluruh dunia. Sementara itu, AS yang tidak mengindahkan keadilan internasional telah secara massal memulangkan pengungsi gelap sehingga mengakibatkan lonjakan kasus COVID-19 di negara-negara Amerika Latin. Apalagi pemulangan pengungsi itu terjadi pada periode ketika virus corona COVID-19 memiliki virulensi paling tinggi sehingga telah mengakibatkan tingkat kematian yang sangat tinggi. AS harus memikul tanggung jawab yang tak terelakkan terhadap penyebaran pandemi secara global.

Saat ini, lebih dari 40 persen kasus infeksi di AS diakibatkan oleh varian XBB.1.5, yang merupakan varian yang penularannya paling cepat di AS dewasa ini. AS seharusnya berbagi data dan informasi terkait dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan masyarakat internasional secara tepat waktu dan transparan, serta mengambil tindakan yang benar-benar efektif untuk mencegah penyebarannya lebih lanjut.

Berbeda dengan AS, selama tiga tahun ini, pemerintah Tiongkok tidak hanya melindungi keselamatan jiwa dan kesehatan 1,4 miliar rakyat di negerinya, tapi juga memikul tanggung jawab untuk melakukan kerja sama dengan masyarakat internasional. Selama tiga tahun ini, Tiongkok telah melakukan lebih dari 60 kali komunikasi dengan WHO, termasuk 4 kali dalam waktu satu bulan ini. Selain itu, Tiongkok terus berbagi data genom varian baru virus corona melalui Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID). Hingga saat ini, Tiongkok total telah menyediakan miliaran material anti-pandemi kepada 153 negara dan 15 organisasi internasional, serta telah menyediakan lebih dari 2,2 miliar dosis vaksin kepada 120 negara dan organisasi internasional.

Siapakah kontributor utama dan siapakah perusak, masyarakat internasional sudah mengetahuinya dengan sangat jelas.