Pada Senin hari ini (16/01), di depan Forum Tahunan Situasi Makro 2023 dan Forum Pengaruh Internasional Think Tank Tiongkok ke-4, Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Xie Feng menyampaikan pidato dan menunjukkan bahwa pembangunan komunitas senasib sepenanggungan seharusnya mendorong keterbukaan yang bersama, dan menciptakan peluang untuk memperdalam kerja sama dan menang bersama.
Xie Feng menyatakan, keterbukaan adalah kemenangan bersama, baik Tiongkok maupun dunia semuanya akan mendapat manfaat dari keterbukaan. Antara tahun 2013-2021, tingkat kontribusi rata-rata Tiongkok terhadap pertumbahan ekonomi dunia mencapai 38,6%, melebihi jumlah total tingkat kontribusi G7.
Xie Feng mengatakan, keterbukaan seharusnya diberlakukan secara setara. Negara manapun tidak boleh menuntut pihak lain untuk terbuka namun menutup pintunya sendiri. Perilaku ini tidak hanya akan merugikan kepentingan negara lain tapi juga kepentingannya sendiri. Kompetisi seharusnya adil, rasional dan maju bersama, bukannya menjadi zero sum game. Demi memperoleh keunggulan kompetitif, segelintir negara menggunakan aparatur negara untuk menduduki sumber daya keuangan dan teknologi, melanggar aturan pasar dan hukum ekonomi, serta meluncurkan perang tarif, perang dagang, perang teknologi, perang chip, dan perang peraturan, untuk menindas dan merampas hak pembangunan pihak lain. Ini adalah tindakan yang tidak pantas dan tidak terpuji.
Xie Feng menyatakan, belakangan ini, Tiongkok telah mengoptimalkan dan menyesuaikan kebijakan penanganan COVID-19 sesuai dengan perubahan situasi, dan terus membuka pintu keterbukaannya, hal ini tidak hanya mendorong stabilitas dan pemulihan ekonomi Tiongkok, tapi juga memberikan daya penggerak bagi pemulihan ekonomi dunia, sehingga disambut baik oleh masyarakat internasional. Tiongkok memperkuat pengontrolan kebijakannya ketika situasi pandemi menjadi serius, saat itu, sejumlah negara menuntut Tiongkok untuk terbuka. Namun ketika Tiongkok menormalisasi pertukaran personelnya, mereka malah memberlakukan pembatasan yang tidak masuk akal terhadap Tiongkok. Masyarakat Tiongkok tidak memahami dan menentang tindakan tersebut. Terhadap negara-negara yang mengabaikan fakta ilmiah, terlibat dalam manipulasi politik, dan mengambil tindakan diskriminatif terhadap Tiongkok, adalah sesuatu yang wajar jika Tiongkok memberikan tindakan balasan kepada mereka.