Barat Bersikap Pelik pada Isu Pipa Gas Nord Stream

2023-02-13 13:58:08  

Jurnalis terkenal Amerika Serikat (AS) Seymour Hersh baru-baru ini mengungkapkan pasukan AS dan Norwegia bersama-sama merusak pipa gas Nord Stream. Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri Norwegia berturut-turut menyangkal hal tersebut, sedangkan Kantor Perdana Menteri, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Kehakiman Denmark menyatakan “tiada komentar”. Rusia yang selalu ditolak untuk mengikuti investigasi insiden ledakan itu merasa terkejut atas pengungkapan tersebut tidak dapat disebarkan luas di negara-negara Barat, mengecam mereka mencoba diam-diam mengakhiri investigasi. Banyak pakar berpendapat, Barat selalu bersikap pelik yang menutup-nutupi pada isu tersebut, sebabnya adalah jika diakui  itu akan sangat mengganggu hubungan AS-Uni Eropa.

Menurut Seymour Hersh, ketika diminta untuk berkomentar, Juru Bicara Komisi Keamanan Nasional AS Adrienne Watson dan Juru Bicara Badan Intelijen Pusat AS (CIA ) Tammy Thorp dalam email menyatakan, pengungkapan tersebut adalah “fiktif” dan “salah”. Menurut media Norwegia, Kementerian Luar Negeri Norwegia juga menyangkal argumentasi Seymour Hersh dan menganggap itulah sebagai dugaan saja. Kantor Perdana Menteri, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Kehakiman Denmark menyatakan “tiada komentar”.

Sementara itu, berbagai media utama AS langsung menutup mata terhadap pengungkapan Seymour Hersh. Di Denmark, hanyalah channel berita TV2 melaporkan hal tersebut, dan menyebut Seymour Hersh adalah jurnalis yang kontroversial.

banyak pakar menganggap, pengungkapan Seymour Hersh tidak akan mengundang perhatian luas Barat, juga tidak dapat memaksa negara-negara Barat mengumumkan hasil investigasi mereka atas isu pipa gas Nord Stream. Walaupun orang Eropa menemukan beberapa bukti bahwa AS berpartisipasi dalam peledakan, belum tentu mereka berani melaporkannya karena mereka tak dapat menanggung akibatnya. Jika laporan itu adalah benar, itu juga akan mendampak hubungan AS-UE, dan memutarbalikkan pengakuan publik Eropa terhadap apa yang disebut sebagai “Ancaman Rusia” oleh Barat.