Menlu Tiongkok: Lupakan Sejarah Berarti Mengkhianat

2023-03-07 16:32:40  

Sidang ke-1 KRN Tiongkok selasa pagi (7/3) menggelar jumpa pers. Menteri Luar Negeri Tiongkok Qin Gang memaparkan pendirian Tiongkok terkait kebijakan diplomatik dan hubungan Tiongkok dengan luar negeri. Qin Gang menyatakan, Tiongkok dan Jepang adalah tetangga berbatasan laut. Untuk membangun hubungan Tiongkok-Jepang di era baru, dirinya mengajukan beberapa butir pendapat.

Pertama, hendaknya memenuhi dan melaksanakan janjinya masing-masing pihak. Pada 45 tahun lalu, kedua negara menandatangani Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan Tiongkok-Jepang, untuk pertama kali memastikan prinsip dan arah pembangunan hubungan Tiongkok-Jepang berdasarkan hukum. Perjanjian tersebut ditambah tiga dokumen politik lain menjadi fondasi politik hubungan Tiongkok-Jepang, terutama kedua pihak harus menaati sebuah kesepakatan politik penting yakni ‘saling menjadi mitra kerja sama, saling tidak mengancam satu sama lain’. Kesepakatan tersebut hendaknya ditaati dengan ketat dan harus ditunaikan.

Kedua, menarik pelajaran dari sejarah. Militerisme Jepang pernah mendatangkan trauma parah kepada bangsa Tionghoa, hingga sekarang, rasa sakitnya masih terasa. Rakyat Tiongkok tidak akan melupakannya, Jepang juga harus tidak melupakannya. Melupakan sejarah berarti mengkhianat, memungkiri kejahatannya berarti residivisme atau melakukan kejahatan lagi. Tiongkok selalu berhati jujur dalam hubungannya dengan Jepang, dan berharap terwujudnya tetangga rukun dan bersahabat dengan Jepang. Namun, jika sejumlah orang Jepang tidak ingin hidup berdampingan secara damai dan sebaliknya bersikeras mencelakakan negara tetangga, bahkan ikut serta dalam perang dingin yang baru untuk membendung Tiongkok, maka hal itu berarti luka lama belum sembuh ditambah lagi pelukaan. Ketiga, hendaknya memelihara ketertiban. Saat ini, sejumlah politikus Jepang juga membicarakan apa yang disebut sebagai tata tertib, jadi kami juga ingin bertanya, seperti apa tata tertibnya? Tata tertib internasional hingga saat ini dibangun di atas fondasi kesuksesan Perang Anti Fasisme, didapat melalui pengorbanan jiwa dan darah sebanyak 35 juta tentara dan rakyat Tiongkok. Rakyat Tiongkok sama sekali tidak akan menerima segala macam revisionisme sejarah yang menantangi tata tertib internasional dan keadilan internasional. Dalam Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan Tiongkok-Jepang dengan jelas tercantum isi-isi yang menentang hegemonisme. Semangat perjanjian tersebut tetap relevan pada zaman sekarang.

Keempat, hendaknya saling menguntungkan dan menang bersama. Keunggulan Tiongkok dan Jepang bersifat saling melengkapi dan saling membutuhkan. Kedua pihak perlu mempertahankan prinsip pasar dan semangat bebas dan terbuka, meningkatkan kerja sama, bersama memelihara kelancaran dan kestabilan rantai industri dan rantai pasokan, serta mengisi motivasi dan vitalitas.

Qin Gang menambahkan, pemerintah Jepang memutuskan untuk membuang air limbah nuklir Fukushima ke laut. Hal ini bukan hal tersendiri bagi Jepang, melainkan hal besar yang berkaitan dengan lingkungan laut dan kesehatan manusia. Tiongkok mendesak Jepang dengan sikap bertanggung jawab menangani masalah ini.