Arab Saudi dan Iran Berjabat Tangan di Beijing, Hal Ini Tak Di Luar Dugaan

2023-03-12 12:08:27  


Tiongkok, Arab Saudi dan Iran mengeluarkan pernyataan bersama di Beijing, pada Jumat malam (10/3). Ketiga negara mengumumkan bahwa Arab Saudi dan Iran sudah mencapai sebuah persetujuan, di mana kedua belah pihak sepakat memulihkan hubungan diplomatik bilateral, dan membuka kembali kedutaan besar dan lembaga perwakilan satu sama  lain dalam waktu paling lama dua bulan mendatang, dan saling mengirim duta besar, serta membahas peningkatan hubungan bilateral. Ketiga negara bersedia berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan kawasan dan internasional.



‘Hubungan Arab Saudi-Iran membuka lemparan baru’, ‘Inilah kemajuan signifikan bagi diplomasi Timur Tengah’, ‘Hal ini berarti pembuat zaman’... berbagai media internasional telah memberikan penilaian positif. Bahkan media Barat yang selalu mencari-cari kesalahan Tiongkok juga menghargai upaya mediasi Tiongkok. Kawasan Timur Tengah memberikan tanggapan lebih positif, Irak, Oman, Lebanon dan negara lainnya menyatakan sambutan atas hasil dialog Arab Saudi-Iran di Beijing. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan terima kasih atas upaya Tiongkok, dan menyatakan hal ini akan bermanfaat untuk kestabilan kawasan Teluk.

Ditinjau dari  persetujuan Arab Saudi-Iran, ternyata isinya cukup bernas, selain telah dirumuskan peta jalan untuk memperbaiki hubungan biletaral, ditetapkan pula jadwal pelaksanaannya. Setelah dilaksanakan nanti, maka hubungan kedua negara diharapkan akan terus diperbaiki.

Ditinjau dari sudut sejarah, masyarakat pasti memahami betapa sulitnya pencapaian hasil ini. Arab Saudi dan Iran masing-masing adalah wakil dari dua ajaran Islam yaitu Sunni dan Syiah, kedua negara sejak lama berstatus saling melawan baik dalam krisis Suriah, situasi Lebanon maupun perang saudara Yaman, kedua negara kerap kali disebut sebagai ‘bebuyutan Timur Tengah’. Pada awal tahun 2016, hubungan diplomatik kedua negara terputus karena peristiwa seorang ulama Syiah warganegara Arab Saudi. Selama 7 tahun ini, upaya mediasi terus dilakukan banyak negara tanpa mencapai kemajuan hakiki. Dengan latar belakang itulah, tak henran lagi jika media asing mengakui adalah sangat ‘di luar dugaan’ atas keputusan Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik bilateral di bawah penengahan Tiongkok.



Sebenarnya kerujukan Arab Saudi dan Iran di Beijing adalah hal yang sangat wajar karena hal ini memang tak luput dari perubahan situasi Timur Tengah serta upaya diplomatik Tiongkok. Selama beberapa tahun yang lalu, negara Barat yang dipimpin AS selalu membikin konfrontasi dan mengacaukan TImur Tengah. Sebagai negara besar di Timur Tengah, baik Arab Saudi maupun Iran adalah korban yang sangat dirugikan. Negara-negara Timur Tengah sudah menyadari bahwa AS bukanlah sahabat yang dapat diandalkan, dan hanya dialog dan negosiasi yang  dapat menyelesaikan masalah. Nasib Timur Tengah harus dikuasai rakyat bebagai negara di kawasan ini. Inilah daya penggerak intern kedua negara Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik.

Mengapa Beijing dipilih sebagai tuan rumah? Hal ini dikarenakan Tiongkok selalu mendukung negara-negara Timur Tengah melakukan kemandirian strategis, selalu mendukung mereka menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi, tidak memihak negara mana pun, tidak mengusahakan keuntungan pribadi, tidak membikin lingkaran kecil, Tiongkok adalah sahabat sejati yang dapat diandalkan negara-negara Timur Tengah. Pertemuan Dialog Beijing kali ini dilaksanakan di atas dasar kesepahaman pemimpin tiga negara tersebut. Desember tahun lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri KTT Tiongkok-Arab, KTT Tiongkok–negara-negara Teluk serta KTT Tiongkok-Arab Saudi. Februari tahun ini, Presiden Iran mengadakan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok. Hasil dialog kali ini menandakan, sebagai penengah atau mediator yang beritikad baik dan dapat diandalkan, Tiongkok telah dengan jujur menunaikan tugas dirinya sebagai tuan rumah, dan menunjukkan tanggungjawab sebagai negara besar.

Sementara itu, kerujukan Arab Saudi dan Iran menunjukkan betapa pentingnya Inisiatif Keamanan Global. April 2022, Presiden Xi mengajukan Inisiatif Keamanan Global, dan mengusulkan berbagai negara bersama-sama memikul tanggungjawabnya untuk memelihara  perdeamaian dan bersama menempuh jalan pembangunan yang damai. Februari tahun ini, Tiongkok mengumumkan Dokumen Konsep Inisiatif Keamanan Global, telah merumuskan peta jalan yang lebih rinci untuk pelaksanaan Inisiatif tersebut. Perbaikan hubungan diplomatik Arab Saudi-Iran adalah praktek Inisiatif tersebut, dan menandakan Inisiaitf ini telah diakui oleh negara Timur Tengah dan mendapat tanggapan positifg.



Berlawanan atau berdialog? Konfrontasi atau kerjasama? Arab Saudi dan Iran telah memberikan pilihan yang tepat. Tentu saja, kontradiksi antara kedua pihak sangat rumit, maka dalam proses memperbaiki hubungan kedua negara masih diperlukan lebih banyak upaya. Dialog Beijing adalah  titik permulaan yang baru, dan juga menandakan bahwa dalam dunia yang begitu guncang, perdamain dan dialog tetaplah arus utama dan jalur yang tepat.