Terkait isu AS, Inggris dan Australia memaksa Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyetujui kerja sama kapal selam nuklir mereka, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin dalam jumpa pers hari Rabu kemarin (15/3) mengatakan, Tiongkok menyatakan keprihatinan serius terhadap pernyataan Sekjen IAEA terkait kerja sama kapal selam nuklir AS, Inggris dan Australia baru-baru ini, Tiongkok dengan tegas menentang tindakan ketiga negara tersebut yang memaksa Sekretariat IAEA menyetujui kerja sama kapal selam nuklir tersebut.
Pada hari Selasa (14/3) lalu, AS, Inggris dan Australia mengumumkan rencana kerja sama kapal selam mereka, menyatakan akan menaati standar non-proliferasi nuklir yang tertinggi, serta mengadakan pembahasan mengenai pengaturan pemeriksaan dan jaminan dengan IAEA. Sekjen IAEA Rafael Mariano Grossi menyatakan, IAEA dan pihak terkait Australia akan mengadakan pembahasan untuk secara menyeluruh menjamin dan memeriksa implementasi peraturan pasal ke-14 perjanjian non-profliferasi senjata nuklir, untuk mewujudkan target teknis IAEA dalam melakukan penjaminan dan pemeriksaan terhadap Australia.
Jubir Tiongkok menekankan, sikap AS, Inggris dan Australia yang berkomitmen untuk menaati perjanjian non-proliferasi senjata nuklir sepenuhnya membohongi dunia. Kerja sama tersebut merupakan kerja sama pertama di mana negara pemilik senjata nuklir menyerahkan reaktor engine kapal selam nuklir serta uranium pengayaan tinggi senjata dalam jumlah besar kepada negara yang tidak memiliki senjata nuklir, sistem jaminan dan pengawasan IAEA kini tidak mampu menjamin bahan nuklir tersebut tidak digunakan untuk produksi senjata nuklir. Oleh karena itu, kerja sama kapal selam nuklir ketiga negara tersebut dengan serius menimbulkan risiko perluasan nuklir, juga melanggar azas tujuan dan target perjanjian non-proliferasi senjata nuklir, serta menyabot sistem non-proliferasi nuklir internasional.