Suara Okinawa, yang Diharapkan adalah Perdamaian Bukan Peluru Kendali

2023-05-08 12:23:53  

Besok Selasa (09/05) adalah Hari Peringatan Kemenangan Eropa dalam Perang Anti Fasis Sedunia, sedangkan di Asia Pasifik, tahun ini genap 80 tahun dirilisnya Deklarasi Kairo. Deklarasi Kairo dan Proklamasi Potsdam menjadi dokumen hukum penting yang membentuk tata tertib internasional pasca Perang Dunia II. Tata tertib internasional kini justru didirikan di atas dasar kemenangan perang anti Fasis dunia, justru karena itulah, pengukuhan hasil kemenangan perang anti Fasis dan pemeliharaan tata tertib internasional pasca perang adalah imbauan bersama rakyat sedunia yang mencintai perdamaian.

Akan tetapi, belakangan ini, AS terus mengintensifkan penempatan militernya di Asia Timur Laut dan Asia Pasifik, khususnya serangkaian aksi militer AS dan Jepang di kepulauan Ryukyu Okinawa Jepang yang telah menarik perhatian komunitas internasional.

Menanggapi hal tersebut, Okinawa Times berkomentar, sebagai pangkalan militer AS, Okinawa telah lebih lanjut dijadikan sebagai pos terdepan, hal ini menimbulkan kekhawatiran serius penduduk setempat terhadap kampung halaman mereka yang mungkin akan menjadi medan perang. Sementara itu, orang Okinawa pun mengeluarkan suara mereka.

Menurut laporan Kyodo Jepang pada tanggal 1 Mei lalu, pasukan bela diri Jepang totalnya telah mengerahkan sekitar 400 personel untuk menyelesaikan pengangkutan sistem peluru kendali Patriot-3 ke dua pulau di Okinawa dengan pesawat kargo, kapal dan kapal sipil.

Pada Desember tahun lalu, pemerintah Jepang secara resmi menerima tiga dokumen pemeliharaa keamanan, dan perbedaan terbesar dalam tiga dokumen ini adalah, Jepang sepenuhnya melepaskan prinsip ‘pertahanan khusus’ dalam konstitusinya dan mempunyai ‘Hak untuk Melawan’.

Menurut laporan Asahi Shimbun, kini tentara AS mempunyai 31 buah pangkalan militer di Okinawa dan 20 ribu lebih prajurit ditempatkan. Kepadatan pangkalan militer di Okinawa mencapai lebih dari 100 kali lipat daripada di AS sendiri, dan Okinawa merupakan pulau pangkalan militer yang sesungguhnya.

Sebenarnya, perselisihan antara Okinawa dan pemerintah Jepang mempunyai latar belakang yang kompleks, dan penduduk kepulauan Ryukyu mempunyai sumber sejarah budaya yang unik. Namun meninjau kembali waktu selama lebih dari seratus tahun ini, penduduk kepulauan Ryukyu pernah teraneksasi Jepang dan pembangunannya diabaikan. Selama Perang Dunia II, mereka telah menjadi korban militerisme Jepang yang setia kepada Kaisar Jepang, setelah Perang Dunia II, mereka ditindas tentara AS yang ditempatkan di sana. Hak penduduk lokal selalu diinjak-injak oleh ekstrateritorial AS. Ketika negara Barat tak dapat tidak memperhatikan apa yang dialami Suku Indian di Benua Amerika, suara rasional penduduk asli kepulauan Ryukyu sengaja ditutupi oleh pemerintah AS dan Jepang.

Kepulauan Ryukyu yang memiliki pemandangan indah sebenarnya dapat menjadi tempat yang tentram dan tempat transit pariwisata dan perdagangan untuk menghubungkan berbagai negara di Asia Pasifik. Ryukyu Shimpo, media lokal Okinawa menunjukkan, saat jaminan keamanan lingkungan di Asia Pasifik semakin serius, Okinawa sedang dijadikan sebagai ‘Benteng Militer’ dan mungkin akan menjadi medan perang.