“Tiga Gagasan Tiongkok” Cerminkan Sikap Tiongkok yang Selalu Berbicara dan Bertindak Adil dalam Masalah Timur Tengah

2023-06-16 16:16:34  

 

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memulai kunjungan kenegaraannya selama 4 hari di Tiongkok sejak tanggal 13 Juni yang lalu. Dia adalah kepala negara Arab pertama yang disambut oleh pihak Tiongkok tahun ini, juga disebut sebagai “sahabat lama dan sahabat baik rakyat Tiongkok”. Kedua kepala negara Tiongkok dan Palestina mengumumkan untuk menjalin kemitraan strategis Tiongkok-Palestina pada hari Rabu lalu (14/6). Tiga buah gagasan yang diajukan Presiden Xi sekali lagi menunjukkan sikap Tiongkok yang dengan tegas mendukung usaha adil rakyat Palestina untuk memulihkan hak sah bangsanya.

Untuk memahami makna penting dari tiga gagasan tersebut, perlu meninjau kembali latar belakang kunjungan Abbas ke Tiongkok kali ini. Mulai tahun ini, melalui mediasi Tiongkok, Arab Saudi dan Iran telah berdamai dan berjabatan tangan, kawasan Timur Tengah telah menyambut ‘masa rekonsiliasi’. Dalam latar belakang tersebut, masyarakat memiliki harapan terhadap penyelesaian masalah Palestina yang menjadi inti dari masalah Timur Tengah.

Tiongkok selalu berupaya mendorong proses perdamaian Palestina-Israel. Ditinjau dari isinya, tiga buah gagasan tersebut tidak hanya berkaitan erat dengan empat buah gagasan yang diajukan Tiongkok pada tahun 2013 dan tahun 2017, namun juga fokus pada kesulitan yang dihadapi dalam proses perdamaian Palestina-Israel, dapat dikatakan gagasan ini telah menunjukkan arah bagi penyelesaian masalah Palestina.

Tiongkok berpendapat, solusi penyelesaian masalah Palestina ialah mendirikan negara Palestina yang berdaulat berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Ini sebenarnya adalah isi penting dari Inisiatif Perdamaian Arab, yaitu “Solusi Dua Negara” yang sering dibahas masyarakat internasional.

Latar belakang sejarah dari gagasan ini ialah, dalam perang Timur Tengah ketiga yang terjadi pada tahun 1967, Israel menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat Sungai Yordan. Dewan Keamanan PBB pernah dua kali meluluskan resolusi, menuntut Israel mengembalikan wilayah Palestina yang didudukinya pada tahun 1967. Namun Israel belum mengembalikan semuanya, malah terus memperluas tempat permukimannya di Tepi Barat Sungai Yordan.

Pada tahun 2020, AS mengeluarkan apa yang disebut dengan ‘Kesepakatan Abad’ Timur Tengah, memihak Israel dalam berbagai masalah penting seperti status Yerusalem, dan legalitas permukiman orang Yahudi, dan berupaya mengosongkan “Solusi Dua Negara”, namun persetujuan tersebut ditentang keras oleh pihak Palestina. Dibandingkan dengan tindakan AS tersebut, pendirian Tiongkok tidak berpihak pada siapa pun, namun telah mencerminkan penghormatan dan perlindungan terhadap resolusi PBB.

Sementara itu, Tiongkok menekankan, kebutuhan ekonomi dan kehidupan Palestina harus dijamin, masyarakat internasional hendaknya meningkatkan bantuan pembangunan dan bantuan kemanusiaan kepada Palestina. Gagasan ini memiliki target yang realistis.

Tiongkok selalu melakukan aksi nyata untuk membantu Palestina. Pada tahun 2022, Tiongkok dan Palestina menandatangani MoU pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan”, volume perdagangan bilateral Tiongkok-Palestina pada tahun itu mencapai 158 juta dolar AS, meningkat 23,2 persen dibandingkan masa yang sama tahun lalu. Rakyat Palestina dan rakyat Tiongkok sedang menikmati bersama hasil pembangunan “Sabuk dan Jalan”.

Selain itu, Tiongkok menunjukkan, hendaknya berpegang pada arah tepat perundingan perdamaian. Ini adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah Israel-Palestina. Tiongkok menekankan untuk menghormati status quo tempat suci keagamaan di Yerusalem yang terbentuk secara historis, serta mengesampingkan perkataan dan perilaku yang agresif dan provokatif, hal tersebut bermanfaat untuk meredakan ketegangan situasi dan menciptakan situasi yang kondusif untuk menghidupkan kembali perundingan perdamaian.