Christine Susanna Tjhin, Direktur Penelitian Strategi dari Institut Gentala Indonesia berpendapat bahwa hasil kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken ke Tiongkok tak lama berselang adalah rencana untuk membangun kembali jalur komunikasi yang lebih baik untuk menstabilkan hubungan AS-Tiongkok. Rencana ini akan membantu mendinginkan kawasan dan memelihara lingkungan yang kondusif bagi pemulihan ekonomi kawasan .
Christine mengatakan hal tersebut dalam wawancara eksklusif dengan China Media Group (CMG) seputar isu kunjungan Blinken ke Tiongkok baru-baru ini. Dia berpendapat kunjungan Blinken kali ini adalah sebagai persiapan pertemuan Biden-Xi mendatang di Konferensi Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco pada November mendatang.
Christine mengatakan bahwa pesan Blinken kali ini lebih banyak ditujukan kepada masyarakat domestik daripada dunia luar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pemerintahan Biden saat ini menghadapi tekanan politik dari Kongres AS yang terus menguat dan dukungan publik AS yang relatif rendah untuk masa jabatan keduanya.
Sementara itu Christine mengatakan bahwa perdagangan AS-ASEAN pada tahun 2022 kurang dari setengah perdagangan Tiongkok ($452,2 miliar). Tidak seperti RCEP yang inklusif, Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) telah dikritik oleh sebagian besar ekonom di kawasan ini sebagai upaya eksklusif yang berpotensi memperparah kesenjangan ekonomi di antara negara anggota ASEAN. Selain China, IPEF tidak mengundang Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Terbukti dari perjalanan Blinken ke China, AS tampaknya akan terus meremehkan realita multipolar dan kebangkitan sejumlah negara Kekuatan Menengah, termasuk Indonesia. Negara-negara di kawasan tentunya menyambut baik menurunnya ketegangan regional, namun mereka juga akan tetap menjaga optimisme yang berhati-hati dengan memperhatikan bagaimana pertemuan pejabat tingkat tinggi berikutnya akan berlangsung sebelum pertemuan Biden-Xi Jinping pada November nanti.