Ingin Pertahankan Diri dengan Kacaukan Asia Pasifik? NATO Salah Taktik

2023-07-12 10:14:49  

Sejak tanggal 11 Juli waktu setempat, KTT NATO digelar di Lithuania. Selain membicarakan topik inti situasi Ukraina, pemimpin Jepang, Korea Selatan (Korsel), Australia dan Selandia Baru telah berpartisipasi selama dua tahun berturut-turut dalam KTT tersebut, sehingga isu Asia Pasifikisasi NATO kembali memanas. Menurut laporan media Jepang, karena ditentang Prancis, rencana pendirian kantor penghubung NATO pertama di Jepang yang awalnya akan dibahas pada KTT tersebut ditunda hingga setelah musim gugur. Namun analis berpendapat, di bawah pimpinan AS, niat NATO untuk memperluas kekuasaannya hingga Asia Pasifik tak akan berubah.

Sebagai produk periode Perang Dingin, sejak berdiri, NATO telah menjadi pilar utama AS dalam memelihara hegemoninya, “sulit bertahan hidup tanpa musuh” adalah logika yang dijalankannya. Setelah Perang Dingin usai, dengan dorongan strategi AS “Menginjak Jerman dan Prancis”, “Menendang Rusia” dan “Menang dari Tiongkok”, NATO telah melakukan enam putaran ekspansinya ke Timur, memprovokasi bentrokan antara Rusia dan Ukraina, menciptakan celah keamanan di Eropa, dan terus memperluas lingkup kekuasannya hingga Asia Pasifik.

Dengan meninjau kembali sejarah kita dapat mengetahui bahwa “Asia Pasifiksasi” adalah langkah NATO untuk “mempertahankan dirinya” dengan menciptakan krisis di Asia Pasifik di bawah pimpinan AS. Ini adalah sebuah langkah penting NATO untuk berusaha mendunia. Dalam proses ini, merubah negara-negara Asia Pasifik dengan gaya Barat, akibatnya dapat dibayangkan.

NATO selalu menyebut dirinya sebagai “Aliansi Pandangan Nilai”. Seusai Perang Dingin, NATO memaksa pembentukan sistem politik dan nilai di negara lain dengan pandangan nilai Barat, mengakibatkan perpecahan di Yugoslavia, perang saudara di Bosnia dan Herzegovia, dan isu Kosovo pada tahun 90-an abad lalu. Di Timur Tengah, pasukan koalisi NATO yang dipimpin AS melakukan agresi terhadap Afghanistan dan Irak, mengebom Libya, serta telah membawa kesengsaraan yang mendalam kepada rakyat setempat. Jika NATO mencampuri Asia Pasifik, dan melakukan pembaratan terhadap negara-negara Asia Pasifik di bidang pemerintahan dalam negeri dan pandangan nilai, pasti akan menimbulkan pemboikotan umum, serta mendatangkan krisis dan keguncangan.

Dalam proses Asia Pasifiksasi NATO, Jepang memainkan peran sebagai penjebak musuh.

Belakangan ini, rakyat Jepang dan Korsel telah mengadakan pertemuan untuk memprotes tindakan NATO yang menyebabkan ketegangan militer, serta menentang Asia Pasifiksasi NATO.

Sebenarnya, di dalam NATO pun terdapat suara kontra tentang pendekatannya untuk memperluas kekuasaan.

Asia Pasifik adalah medan pembangunan dan kerja sama, bukan lokasi pertempuran antar negara besar. NATO yang dipimpin AS ingin menyalin “pengalaman Eropa” ke Asia Pasifik, sebenarnya mereka ingin menyalin perpecahan dan konfrontasi ke Asia Pasifik, rakyat di kawasan tersebut mutlak tidak akan setuju. Jika NATO ingin “mempertahankan dirinya” dengan cara mengacaukan Asia Pasifik, maka rakyat di seluruh dunia yang cinta perdamaian tidak akan setuju.