Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN dan serangkaian konferensinya diselenggarakan di Jakarta, Indonesia baru-baru ini. Para peserta masing-masing menyatakan perlunya bergandengan tangan untuk mendorong pengintegrasian ekonomi regional, menegaskan kembali tekad untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional, menekankan perlunya mempertahankan persatuan dan sentralitas ASEAN, dan tidak menjadi agen negara mana pun.
Pejabat-pejabat dan para ahli ASEAN menganggap bahwa ASEAN mempertahankan semangat yang independen dan mandiri, terbuka dan inklusif, serta berfokus pada ekonomi dan mementingkan kerja sama. Terutama Tiongkok dan ASEAN yang menjadi mitra perdagangan terbesar bagi satu sama lain, hendaknya terus meningkatkan kerja sama, dan diharapkan hubungan mitra strategis Tiongkok-ASEAN dapat terus mencapai kemajuan yang baru.
Indonesia adalah negara ketua bergilir ASEAN tahun ini. Selain pertemuan Menlu ASEAN, pertemuan Menlu Tiongkok-ASEAN (10+1), dan pertemuan Menlu 10+3, pertemuan Menlu Asia Timur dan sidang lainnya juga diselenggarakan di Jakarta.
Komunike yang diumumkan seusai pertemuan Menlu ASEAN menyatakan, mendorong Outlook ASEAN dan Indo-Pasifik untuk mendorong keamanan, stabilitas dan kemakmuran regional merupakan tugas utama ASEAN di tahun 2023. ASEAN bersedia memperluas hubungan dengan semua mitra, dan berupaya mendorong ASEAN menjadi komunitas yang inklusif, partisipatif serta kolaboratif.
Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan, ASEAN memiliki keunggulan di bidang populasi dan sumber daya, juga mempunyai prospek besar dalam pertumbuhan ekonomi, maka ASEAN hendaknya meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak, menuju ke jalan yang saling menguntungkan dan menang bersama.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan, perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan ASEAN dalam jangka panjang diwujudkan dengan dasar kerangka regional yang inklusif. ASEAN hendaknya terus memelihara persatuan dan membina paradigma kerja sama regional.
Menurut media AS, ketika bertemu dengan pejabat-pejabat ASEAN, pihak AS telah berkali-kali “memperingatkan” mereka, tujuannya ialah mengadu domba ASEAN dengan Tiongkok.
Selama serangkaian sidang tersebut, banyak tokoh ASEAN yang menyatakan bahwa negara-negara ASEAN tidak ingin berpihak kepada siapa pun, namun ingin mempertahankan sentralitas ASEAN. Komunike Menlu ASEAN juga menekankan kembali prinsip non-bloknya.
Presiden Joko Widodo menyatakan, ASEAN tidak akan menjadi tempat permainan, “Juga tidak akan menjadi agen dari negara mana pun”, ASEAN akan menaati hukum internasional dan berupaya keras meningkatkan persatuan demi menjaga perdamaian dan stabilitas regional.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pun menyatakan, kawasan ASEAN “tidak boleh kembali menjadi sebuah medan perang”, negara-negara ASEAN tidak hanya “akan menjadi kontributor bersih pertumbuhan ekonomi, tapi juga menjadi kontributor perdamaian”.
Tahun ini bertepatan dengan peringatan 20 tahun Tiongkok bergabung dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara. Selama 20 tahun ini, Tiongkok dan ASEAN telah aktif mengimplementasikan asas tujuan dan prinsip perjanjian tersebut, memperluas kerja sama yang menyeluruh dan saling menguntungkan, serta telah menempuh jalan yang tepat antar negara tetangga yang rukun dalam jangka panjang dan mewujudkan kemakmuran bersama.
Pejabat-pejabat dan para ahli ASEAN menyatakan harapannya agar kemitraan strategis yang menyeluruh Tiongkok-ASEAN dapat terus berkembang ke level yang baru dan mencapai hasil yang baru.
Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menyatakan, kerja sama Sabuk dan Jalan antara Tiongkok dan ASEAN telah membawa manfaat yang sejati bagi kedua pihak. Singapura berharap, Tiongkok dan ASEAN dapat meningkatkan rasa saling kepercayaan politik, dan bersama-sama mendorong kemakmuran. Menteri Luar Negeri Vietnam Bui Thanh Son menyatakan akan terus mendorong perkembangan kemitraan kerja sama strategis komprehensif Vietnam-Tiongkok, dan berharap dapat memperluas ekspor Vietnam ke Tiongkok.