Politikus Jepang Menghasut Penggunaan Kekuatan Bersenjata dan Menyeret Rakyat Taiwan ke Kancah Perang Kembali

2023-08-12 13:38:40  

Wakil Presiden Partai Demokrat Liberal Jepang, Mantan Perdana Menteri Aso Taro belakangan ini berkunjung ke Taiwan, Tiongkok, menghasut Taiwan membereskan persiapan psikologi untuk berperang dengan Daratan Tiongkok, hal ini mengundang kritik keras berbagai kalangan. Opini umum Taiwan mengkritik bahwa Aso Taro tidak saja tidak minta maaf akan penjajahan Jepang terhadap Taiwan pada masa dulu, malah menghasut Taiwan mengembangkan kekuatan militer, mempersiapkan perang, ini akan menyeret rakyat Taiwan ke kancah perang. Gubernur Okinawa, Jepang Dennis Tamaki menunjukkan belakangan ini, sikap Aso Taro melanggar pedoman konsekwen pemerintah Jepang, dia berharap pemerintah Jepang mengadakan dialog dengan Tiongkok untuk menghindarkankesalahpahaman.

Di kalangan politik Jepang, sebagai wakil ‘pro Taiwan’, Aso Taro pernah berkali-kali mengeluarkanopini yang tidak layak. Kali ini dalam perlawatan ke Taiwan dia tetang-teranganmenghasut penggunaan kekuatan militer, mengungkapkan tren bahaya belum lenyapnya militerisme Jepang. Tak heran lagi ada orang Taiwan mengatakan, terkejut dan panik setelah mendengar ‘argumentasipenggunaan kekuatan militer ’ Aso Taro, karena ini mengingatkan mereka padasejarah menyedihkan  Taiwan dijajah Jepang selama setengah abad.

Berkenaan dengan kejahatan yang dilakukan Jepang waktu penjajahan di Taiwan dan agresi terhadap Tiongkok, dalam pernyataan bersama Tiongkok dan Jepang yang dikeluarkan 1972, Jepang menyatakan introspeksi mendalam atas malapetaka besar yang diakibatkan perang kepada rakyat Tiongkok, mengakui pemerintah Republik Rakyat Tiongkok adalah satu-satunya pemerintah sah Tiongkok, sepenuhnya memamhami dan menghormati pendirian Tiongkok yaitu Taiwan adalah bagian wilayah Tiongkok yang takterpisahkan.

Sebagai mantan perdana menteri, Aso Taro tak mungkin tidak jelas komitmen yang diberikan pemerintah Jepang kepada Tiongkok. Namun dia membicarakan urusan Taiwan dengan sikap sombong sebagai penjajah dan melawan arus zaman, mengeluarkan omongan bahaya yang melanggar prinsip Satu Tiongkok dan semangat empat dokumen politik Tiongkok dan Jepang, dan membuat lebih banyak masalah kepada hubungan Tiongkok dan Jepang. Di belakang ini selain ada‘rasa penjajahan’, masih terdapat niat realistis.

Main ‘kartu Taiwan’ telah menjadi cara penting bagi Jepang untuk melepaskan konstitusi perdamaian, menghidupkan kembali impian negara besar di bidang militer serta meningkatkan persekutuan Jepang dan AS. Selain itu, ada analis berpendapat, belakangan ini tingkat dukungan terhadap pemerintah Kishida Fumio anjlok, Aso Taro yang membuat masalah pada isu Taiwan mempunyai pula pertimbangan yang merangsang rasa tegang rakyat dan membantu pemerintah Kishida Fumio terlepas dari kesulitan.

Sebagai wakil presiden Partai Demokrat Liberal Jepang, prilaku perlawatan Aso Taro kali ini secara tidak langsung mencerminkan tren pemerintah Jepang, mewakili sikap kekuatan sayap kanan Jepang yang menyangkal sejarah dan menolak pertobatan. Namun mereka salah menyangka situasi internasional dan perbandingan kekuatan kini. Sekarang adalah dekade ketiga abad ke-21, Tiongkok bukanlah lagi pemerintah Dinasti Qing yang terpaksa menandatangani Perjanjian Maguan pada 1895, Jepang sama sekali tidak mempunyai kualifikasi untuk mencampuri urusan Taiwan. Kalau otak sejumlah politikus Jepang masih ketinggalan di zaman 100 tahun yang lalu, dengan sikap penjajah mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok, tak lain akan bunuh diri karena main api. Penyatuan kembali sepenuhnya Tiongkok adalah tren sejarah yang tak boleh dihalangi.