Dapatkah Kebakaran di Pulau Maui Sadarkan Para Politikus AS?

2023-08-18 12:36:32  

Lebih dari seratus orang meninggal dunia, lebih dari seribu orang hilang, dan ribuan rumah terhancur. Sampai tanggal 17 Agusutus waktu setempat, kebakaran di Pulau Maui, Hawaii masih belum terkontrol sepenuhnya. Ini merupakan insiden kebakaran hutan terparah yang terjadi di AS selama lebih dari seratus tahun ini. Seiring dengan semakin banyaknya detail yang terungkap, orang-orang menyadari, sama dengan banyak insiden yang terjadi di AS sebelumnya, insiden kebakaran hutan di Pulau Maui adalah bencana alam, terlebih adalah bencana yang diakibatkan oleh manusia. Sebagai negara adikuasa di dunia, AS tidak kekurangan uang dan juga tidak kekurangan teknologi, namun kemampuan penanggulangan bencananya mendapat kritikan luas.

Menurut laporan, Hawaii memiliki sistem peringatan dini yang kuat di bidang kemanan publik, sekitar 400 alat alarm dipasang, dan di antaranya   80 buah di Pulau Maui. Akan tetapi, ketika api menyapu Pulau Maui, alarm tersebut tidak berbunyi. Masyarakat juga mengkritik bahwa pemerintah gagal memutuskan aliran listrik tepat pada waktunya, sehingga memperparah bencana kebakaran tersebut. Selain itu, Pulau Maui hanya berjarak 100 mil dari tentara setempat, akan tetapi 72 jam setelah kebakaran terjadi, angkatan laut, kapal medis, helikopeter, angkatan darat, dan peralatan pertolongan bencana alam AS baru tiba di lokasi bencana.

Kegagalan sistem alarm canggih, terlambatnya kedatangan tim penyelamat, serta  tidak berdayanya tentara AS yang berjumlah besar, di balik kelemahan kemampuan penanggulangan bencana AS, tercermin ketidakpedulian para politikus terhadap penderitaan rakyat.

Tak tahu apakah ini suatu kebetulan, saat tentara AS mundur dari Kabul di 2021, Presiden AS Joe Biden sedang berlibur, saat Pulau Maui ditelan api di tahun 2023, Biden juga sedang berlibur. Ketika para wartawan menanyakan keadaan para korban di Pulau Maui, Biden tersenyum sambil menjawab “Tidak ada komentar”, hal ini memicu kritik luas opini umum. Banyak netizen mencela, menghadapi korban yang begitu banyak, mengapa Presiden AS masih bisa tersenyum?

Mengapa politikus AS dapat berlibur dengan santai dan sama sekali tidak peduli keadaan bencana di Pulau Maui? Ketidakpedulian ini telah berakar dari pertarunganan politik partai Amerika, sedangkan inti dari politik tersebut adalah suara pemilihan. Hawaii adalah wilyah di luar daratan AS, mayoritas penduduk di Pulau Maui adalah penduduk asli. Politikus AS selalu mengabaikan tuntutan kepentingan kaum pribumi, dan tidak mempunyai motivasi untuk memperhatikan mereka.

Menurut perkiraan awal, kebakaran hutan di Pulau Maui telah mengakibatkan ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal mereka, diperkirakan, kerugian keruntuhan rumah saja mencapai 6 miliar dolar AS. Sampai tanggal 15 Agustus lalu, Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) AS telah menyetujui bantuan pertolongan sekitar 2,3 juta dolar AS. Sedangkan satu hari sebelumnya, pemerintah Biden mengumumkan untuk kembali menyediakan bantuan militer senilai 200 juta dolar AS kepada Ukraina.

Saat ini, kebakaran hutan di Pulau Maui masih menjalar. Kebakaran ini tidak hanya menghancurkan kampung halaman banyak warga AS, tapi juga mengungkapkan kelalaian para politikus dan penyakit sistem AS. Menghadapi teriakan penderitaan rakyat yang tertimpa bencana dan kritikan keras dari kalangan luar, dapatkah para politikus AS yang kembali dari berlibur sadar untuk berhenti menyalakan api di dunia internasional, dan memadamkan api di dalam negerinya sendiri untuk menolong massa rakyat?