Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang menghadiri KTT antara ASEAN dengan Tiongkok, Jepang dan Korsel (10+3) ke-26 di Jakarta, Indonesia pada hari Rabu kemarin(6/9).
Li Qiang menyatakan, selama 20 tahun ini, mekanisme kerja sama ASEAN dengan Tiongkok, Jepang dan Korsel (10+3) telah mengalami berulang kali ujian krisis, serta telah memainkan peranan penting dalam mendorong pembangunan dan kemakmuran regional. Semakin mengalami kesulitan, semakin perlu bersolidaritas dan bekerja sama. Bagi negara-negara 10+3 dan semua negara Asia, kita memiliki kampung halaman yang sama, kepentingan yang sama dan peluang yang sama. Hendaknya bertolak dari kepentingan keseluruhan pembangunan damai Asia, mencari persamaan di tengah perbedaan, serta mencari persamaan dengan menyisihkan perbedaan, terus memperkukuh fondasi kerja sama mekanisme 10+3, bersama-sama menghadapi berbagai risiko dan tantangan, bersama-sama mendorong pembangunan, kemakmuran dan stabilitas kawasan, berupaya mendorong pembangunan komunitas senasib sepenanggungan Asia.
Li Qiang menunjukkan, saat ini dunia telah memasuki periode bergejolak yang baru, usaha pembangunan global sedang menghadapi tantangan besar. Kita hendaknya selalu memprioritaskan pembangunan dalam kerja sama regional, mengesampingkan berbagai gangguan, menggali potensi kerja sama secara mendalam, serta berupaya merintis jalan pembangunan yang lebih stabil, lebih bervitalitas dan lebih menyejahterakan masyarakat. Tiongkok bersedia bersama berbagai pihak menjadikan Rencana Kerja Sama 10+3 yang baru sebagai peluang, serta berfokus pada pembangunan bersama pusat pertumbuhan ekonomi, dan mengerjakan tiga hal dengan baik.
Pertama, terus mendorong integrasi ekonomi regional.
Kedua, terus memperdalam pembagian kerja dan kerja sama industri regional.
Ketiga, terus meningkatkan kepemimpinan dan pendorongan inovasi iptek.
Sementara itu, Li Qiang menegaskan pendirian Tiongkok terkait pembuangan air limbah nuklir Fukushima Jepang ke laut, ia menunjukkan bahwa penanganan air limbah nuklir berkaitan dengan ekologis laut global dan kesehatan masyarakat, Jepang harus sungguh-sungguh melakukan kewajibannya, berkonsultasi penuh dengan negara dan pihak terkait, serta menangani air limbah nuklir secara bertanggung jawab.
Para pemimpin peserta konferensi menyatakan, kerja sama 10+3 memberikan kontribusi penting untuk memelihara stabilitas kawasan dan mendorong pembangunan kawasan. Berbagai pihak harus mengoordinasikan aksi, mempertahankan multilateralisme, serta memperdalam kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, ekonomi digital, pembangunan hijau dan rendah karbon dengan peluang pelaksanaan Proyek Kerja Sama 10+3 yang baru, bersama-sama menghadapi tantangan global termasuk perubahan iklim, keamanan energi dan ketahanan pangan, menginjeksikan daya penggerak yang baru bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan, serta membangun Asia Timur menjadi Pusat Perdamaian dan Pertumbuhan.