Tahun ini bertepatan dengan genap 10 tahun penggalangan kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-Indonesia. Selama 10 tahun ini, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah mengunjungi Indonesia sebanyak tiga kali, memelihara interaksi yang erat dengan pemimpin Indonesia, dan membimbing hubungan kedua negara terus ditingkatkan secara mantap. Dari menggalang kemitraan strategis komprehensif, sampai bergandengan tangan membentuk komunitas senasib sepenanggungan, Tiongkok dan Indonesia dengan aksi riil telah menjadi teman seperjalanan dan mitra yang baik, kedua negara telah menjadi teladan dalam mengembangkan hubungan antar negara-negara berkembang yang senasib sepenanggungan, bersolidaritas dan bekerja sama serta mendorong pembangunan bersama.
Pada tanggal 2 Oktober yang lalu, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) resmi beroperasi. Belum lama yang lalu, Presiden Joko Widodo telah melakukan uji coba KCJB dengan didampingi para menteri kabinet. Saat kecepatan kereta mencapai 350 kilo meter per jam, para penumpang di kereta bersorak gembira.
Proyek KCJB merupakan proyek flagship pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan” Tiongkok-Indonesia, sekaligus proyek pertama Kereta Cepat Tiongkok di luar negeri yang dilaksanakan dengan mencakup seluruh sistem, seluruh unsur dan seluruh sektor. Pada bulan November 2022, Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko Widodo menyaksikan uji coba KCJB secara virtual.
“Saya dan Bapak Presiden menyaksikan bersama uji coba KCJB, juga menonton video tentang hasil kerja sama Tiongkok-Indonesia, prestasi riil ini tidak hanya menyejahterakan rakyat kedua negara, tapi juga memberikan pengaruh yang positif kepada kawasan ini maupun seluruh dunia, serta memberikan contoh bagi negara-negara berkembang dalam bersolidaritas dan bekerja sama yang saling menguntungkan dan menang bersama, ” ujar Xi Jinping.
Yang patut disebutkan, Indonesia justru adalah tempat diajukannya Inisiatif “Sabuk dan Jalan”. Sepuluh tahun yang lalu, dalam pidatonya di DPR bulan Oktober 2013, Presiden Xi untuk pertama kalinya mengajukan proposal pembangunan bersama Jalan Sutra Maritim Abad ke-21.
Pada tahun 2019, selama Forum Puncak Kerja Sama Internasional “Sabuk dan Jalan” Kedua berlangsung, Presiden Xi dalam pertemuannya dengan pemimpin Indonesia mengatakan, “Di Indonesia, saya mengajukan proposal pembangunan bersama Jalan Sutra Maritim Abad ke-21. Saya merasa sangat gembira, selama beberapa tahun belakangan ini, kedua negara telah menggenggam peluang pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan”, hubungan bilateral mencapai kemajuan baru, kerja sama di berbagai bidang mencapai hasil nyata, dan telah mendatangkan keuntungan yang sesungguhnya kepada rakyat kedua negara. Dewasa ini, dunia sedang menghadapi perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam seabad ini, Tiongkok dan Indonesia sebagai dua negara berkembang besar, harus bergandengan tangan menghadapinya, sama seperti peribahasa Indonesia yang berbunyi, ‘Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’. Saya berkeyakinan penuh terhadap perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia di masa depan.”
Indonesia adalah salah satu negara yang paling awal menggalang hubungan diplomatik dengan Tiongkok sejak RRT berdiri pada tahun 1949. Tahun 1955, di Konferensi Bandung, kedua negara dan negara Asia Afrika lainnya bergandengan tangan, bersama mengajukan Semangat Bandung, dengan inti hidup berdampingan secara damai, dan hingga kini, semangat ini tetap menjadi patokan penting bagi pergaulan antar negara.
Tahun 2013, setelah menjabat sebagai kepala negara, Xi Jinping untuk pertama kalinya mengunjungi Indonesia, kedua pemimpin negara sepakat memutuskan untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis komprehensif. Ketika berbicara tentang eskalasi hubungan kedua negara, Presiden Xi menyatakan, “Tujuannya ialah agar hubungan kedua negara dapat terus berkembang secara menyeluruh dan mendalam.”
“Kerja sama Tiongkok-Indonesia dalam urusan internasional dan regional terus ditingkatkan, hubungan kedua negara semakin memiliki pengaruh regional maupun global, hal ini bermakna positif untuk mendorong ketertiban politik dan ekonomi internasional menjadi lebih adil dan rasional. Rakyat Indonesia sering berbicara, ‘Uang mudah dicari, sahabat sulit didapat’. Persahabatan sejati antar rakyat kedua negara justru merupakan harta yang sulit didapat.”
Seiring dengan sinergi Inisiatif “Sabuk dan Jalan” dengan Poros Maritim Global Indonesia, kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok-Indonesia mencapai hasil bernas. Tiongkok sudah 10 tahun berturut-turut menjadi mitra perdagangan terbesar Indonesia. Volume perdagangan bilateral pada tahun 2022 mendekati 150 miliar dolar AS.
Selama beberapa tahun bekalangan ini, interaksi erat antar pemimpin tinggi Tiongkok-Indonesia sangat menarik perhatian dunia. Pada bulan Juli 2022, Presiden Jokowi mengunjungi Tiongkok, dan menjadi pemimpin asing pertama yang disambut Tiongkok setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Dalam pertemuannya dengan Jokowi di Balai Agung Rakyat, Xi Jinping mengatakan, “Anda merupakan pemimpin negara asing pertama yang disambut Tiongkok setelah Olimpiade Musim Dingin, hal ini mencerminkan tingkat kedekatan hubungan bilateral kita. Selama beberapa tahun ini, dengan pimpinan bersama kita, hubungan kedua negara mengalami perkembangan yang kuat, serta mencerminkan ketangguhan dan vitalitas yang kuat.”
Tiga bulan kemudian, kunjungan pertama Presiden Xi setelah Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok ditujukan kepada Indonesia. Dalam waktu setengah tahun, kedua pemimpin negara melaksanakan kunjungan timbal balik dan telah mendorong hubungan bilateral berkembang lebih lanjut.
Dalam pembicaraan di Bali, kedua pemimpin negara telah mencapai kesepahaman penting mengenai pembentukan bersama komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Indonesia, dan sepakat untuk terus memperdalam pola baru “Penggerak Empat Roda” kerja sama di bidang-bidang politik, ekonomi, pertukaran antar masyarakat dan kerja sama maritim.
Tahun ini bertepatan dengan 10 tahun penggalangan kemitraan strategis komprehensif kedua negara, sekailgus tahun permulaan pembangunan bersama komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Indonesia. Pertemuan kedua pemimpin negara di Chengdu telah menghasilkan rancangan bagi perkembangan hubungan kedua negara di masa mendatang.
“Dalam perjalanan perwujudan modernisasi negara dan revitalisasi bangsa, gagasan kedua negara sangat mirip dan telah menjadi peluang pembangunan bagi satu sama lain, kita adalah teman seperjalanan dan mitra yang baik. Tiongkok bersedia berpegang pada peluang genap 10 tahun penggalangan kemitraan strategis komprehensif kedua negara tahun ini, memperdalam kerja sama strategis dengan Indonesia, membangun komunitas Tiongkok-Indonesia menjadi ‘gambar nyata’, serta menjadi contoh bagi negara-negara berkembang yang senasib sepenanggungan, bersolidaritas dan berkerja sama, serta mendorong pembangunan bersama.”
Bagi Tiongkok dan Indonesia, masih ada dua “dekade” yang patut diperingati. Yang pertama yaitu peringatan genap 10 tahun diajukannya pembangunan komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-ASEAN yang lebih erat, dan tahun ini Indonesia kebetulan adalah ketua negara bergilir ASEAN. Yang kedua yaitu peringatan genap 10 tahun diajukannya Inisiatif “Sabuk dan Jalan”, dan Tiongkok akan menyelenggarakan Forum Puncak Kerja Sama Internasional “Sabuk dan Jalan” ke-3 pada bulan Oktober mendatang. Bagaimana kedua negara Tiongkok-Indonesia bergandengan tangan dan bekerja sama, patut dinantikan.