Pertemuan Pemimpin Tiongkok dan AS di San Fransisco Layak Dinantikan

2023-11-13 15:17:18  


 

Sebuah konser untuk memperingati genap 50 tahun kunjungan Orkestra Philadelphia Amerika Serikat (AS) ke Tiongkok diselenggarakan di Pusat Seni Pertunjukan Nasional Tiongkok pada hari Jumat malam (10/11) yang lalu. Saat musik mengalun, sebuah jembatan yang menyambung hati rakyat Tiongkok dan AS juga terbangun, melanjutkan “persahabatan musikal yang terjalin selama setengah abad”.

Saat pertukaran antar rakyat meningkat, pertukaran resmi juga meningkat pesat. Negosiasi kebijakan diplomatik, negosiasi urusan maritim, pertemuan perubahan iklim, negosiasi konsultasi pengendalian senjata dan non-proliferasi, serta dialog ekonomi dan perdagangan putaran baru, serangkaian komunikasi dan dialog Tiongkok dan AS tersebut belakangan ini telah mengeluarkan sinyal yang positif untuk menstabilkan hubungan bilateral, serta membentuk landasan bagi pertemuan pemimpin Tiongkok dan AS di San Fransisco pekan depan.

Ini merupakan pertemuan tatap muka pertama pemimpin kedua negara pasca pertemuan di Bali tahun lalu. Kedua pihak akan mengadakan komunikasi mendalam mengenai masalah yang berkaitan dengan sifat hubungan Tiongkok-AS yang strategis, menyeluruh dan terarah, serta masalah-masalah penting yang terkait dengan perdamaian dan pembangunan dunia. Dunia mengharapkan pertemuan tersebut dapat berfokus pada kerja sama dan membuahkan hasil.

Ini merupakan sebuah pertemuan yang dicapai dengan tidak mudah, intinya adalah “kembali pada kesepahaman Bali”. Penyebab hubungan Tiongkok dan AS mengalami kesulitan pada tahun lalu karena kesepahaman Bali tidak terlaksana. Politikus berkuasa AS memiliki pemahaman yang salah terhadap Tiongkok, dan mengambil kebijakan yang salah terhadap Tiongkok. Pada paruh pertama tahun ini, dari “drama politik balon”, kunjungan transit pemimpin Taiwan Tiongkok Tsai Ing-wen ke AS, sampai pengontrolan ekspor semikonduktor terhadap Tiongkok, serangkaian tindakan pihak AS tersebut bertentangan dengan kesepahaman pemimpin kedua negara, merugikan kepentingan pihak Tiongkok, dan memutuskan proses dialog antara Tiongkok dan AS.

Sejak kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Tiongkok pada bulan Juni lalu, pihak AS menunjukkan niat untuk meredakan hubungan Tiongkok dan AS. Pihak AS harus memahami bahwa menghambat dan menindas Tiongkok tidak akan berhasil dan tidak akan terlaksana, menyelesaikan masalah perubahan iklim, masalah utama regional dan pemulihan ekonomi AS tidak terlepas dari kerja sama dengan Tiongkok. Mengambil jalan memutar, pada akhirnya pihak AS harus kembali pada kesepahaman Bali.

Kembali pada kesepahaman Bali, kuncinya adalah tindakan. Di antaranya, masalah Taiwan adalah inti dari kepentingan utama Tiongkok, sekaligus batasan utama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan Tiongkok dan AS. Belakangan ini, pihak AS sekali lagi mengeluarkan sikapnya terhadap kebijakan Satu Tiongkok yang tidak berubah dan tidak mendukung “Kemerdekaan Taiwan”. Selain itu, pejabat AS berkali-kali menyatakan “tidak mengusahakan pelepasan keterkaitan dengan Tiongkok”, mereka berpendapat bahwa pelepasan hubungan ekonomi AS dan Tiongkok akan menimbulkan bencana bagi kedua negara dan dunia. Sikap-sikap tersebut patut diperhatikan, dan yang lebih penting adalah mengubahnya menjadi tindakan.

Dunia juga berharap, melalui pertemuan San Fransisco nanti, Tiongkok dan AS dapat lebih lanjut saling mengenal dengan tepat, memahami pentingnya perkembangan pihak lain terhadap diri sendiri. “Bumi yang luas sepenuhnya dapat memuat pembangunan masing-masing Tiongkok dan AS, dan makmur bersama”, menurut pihak Tiongkok, kedua negara harus menjadi mitra bukannya lawan, harus saling menguntungkan dan menang bersama bukannya permainan zero-sum. Dalam pertemuan di Bali, Presiden Tiongkok Xi Jinping menekankan perlunya memandang hubungan Tiongkok dan AS dari ketinggian menguasai tren dunia. Apa itu tren dunia? Yaitu bahwa perdamaian dan pembangunan adalah harapan bersama masyarakat internasional, melakukan konfrontasi kelompok dan politik kelompok tidak akan mendapat dukungan massa, dan akan menemui jalan buntu.

Pertemuan pemimpin Tiongkok dan AS di San Fransisco nanti akan lebih lanjut menunjukkan ketulusan dan tanggung jawab Tiongkok terhadap hubungan Tiongkok-AS, serta perdamaian dan pembangunan dunia. Diharapkan pihak AS dapat melepaskan diri dari mentalitas persaingan negara-negara besar, melepaskan pengaruh perselisihan antar partai domestik dan kepentingan egois para politikus, mengadakan dialog yang bijaksana dan pragmatis dengan Tiongkok secara sungguh-sungguh dari segi kepentingan negara dan kepentingan rakyat, dan bertanggung jawab terhadap dunia, serta melakukan proses lengkap tata kelola, menghadapi ketulusan dengan ketulusan, tindakan dengan tindakan. Apakah hubungan Tiongkok dan AS dapat terus “stabil dan membaik”, keberhasilannya tergantung pada usaha masing-masing.