Menanggapi veto Amerika Serikat terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza, dalam jumpa pers rutin yang diadakan hari Senin kemarin (11/12), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning menyatakan penyesalan dan kekecewaannya atas hal tersebut.
Menurut laporan, Dewan Keamanan PBB mengadakan pemungutan suara mengenai sebuah rancangan resolusi untuk pelaksanaan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza, namun rancangan tersebut gagal diluluskan karena veto AS.
Menanggapi hal tersebut, Mao Ning menyatakan, konflik Palestina-Isreal putaran ini telah berlangsung selama dua bulan, dan telah mengakibatkan hampir 20 ribu warga sipil di Jalur Gaza meninggal dunia, selain itu, lebih dari sejuta orang di sana juga kehilangan tempat tinggal. Maka, tugas yang paling urgen saat ini adalah melakukan gencatan senjata, ini merupakan imbauan luas dari masyarakat internasional. Rancangan resolusi yang diajukan Uni Emirat Arab mewakili 100 negara termasuk negara-negara Arab, Tiongkok juga berpartisipasi untuk mengajukan resolusi tersebut. Tiongkok sangat menyesalkan dan kecewa pada veto AS terhadap rancangan tersebut.
Mao Ning menunjukkan, membiarkan keberlanjutan konflik tersebut akan menimbulkan lebih banyak korban tewas dan bencana kemanusiaan yang lebih serius. Menanggapi masalah seputar peperangan dan perdamaian, hidup dan mati, negara-negara besar seharusnya memainkan peranan konstruktifnya untuk memadamkan peperangan, dan berupaya keras untuk mengurangi korban sipil, berdiri di pihak perdamaian dan kehidupan.