Bagaimana‘Persetujuan Historik’ Mengenai Perubahan Iklim Akan Mengubah Dunia?

2023-12-16 14:27:55  

‘Kita seharusnya bangga atas prestasi historik, ini tak dicurigai merupakan serangkaian program intensif dan seimbang yang mempercepat aksi iklim secara historik ,  dan ini adalah kesepahaman Uni Emirat Arab’. Demikian tutur Sultan Jabil, Ketua Konferensi Pihak Pengikat ke-28 Konvensi Kerangka Perubahan Iklim PBB (COP28) dalam konferensi penutupan yang digelar di Dubai belakangan ini. ‘Persetujuan Historik’, ‘Sulit tercapai’ adalah pernilaian umum media global terhadap hasil COP28 kali  ini.

Arti historis dalam ‘Kesepahaman Uni Emirat Arab’ terutama dikarenakan pertama kali mencapai persetujuan mengenai ‘peralihan pola perkembangan dengan ketergantungan bahan bakar fosil’. AFP mengatakan, ini adalah pertama kali berbagai negara menyetujui peralihan dari energi fosil selama sekitar 30 tahun diadakannya KTT Perubahan Iklim PBB.

Persetujuan ini sulit tercapai. Sebelumnya, sejumlah negara dengan jelas menyatakan, mereka akan memprioritaskan pertimbangan soal penyisihan bahan bakar fosil, sedangkan sejumlah negara yang lain menekankan kesediaan untuk mengurangi bahan bakar fosil secara bertahap atau sama sekali menolak pikiran ini. Berbagai pihak berdebat seru sehingga konferensi tersebut terpaksa ditunda satu hari. Akhirnya, berbagai pihak menerima pencantuman ‘peralihan dari bahan bakar fosil dengan cara adil, tertib dan rasional’ dalam dokumen persetujuan.

Selain pencapaian persetujuan mengenai ‘Peralihan dari Bahan Bakar Fosil’, hasil konferensi tersebut meliputi juga pembentukan yayasan ‘kerugian dan kerusakan’ yang diajukan negara berkembang pada hari pertama, sementara juga diadakan penyimpulan hasil masa lalu yang dicapai  setelah Persetujuan Paris dan menunjuk arah bagi dunia untuk lebih lanjut menangani perubahan iklim. Di antaranya, Tiongkok dengan aktif mengikuti diskusi dan perundingan semua topik, dan mempromosi pendirian Tiongkok di banyak okasi, mendorong multilateralisme, dan memberi tenaga politik yang kuat demi kesuksesan konferensi tersebut. Ini juga adalah sikap konsisten Tiongkok.

Ada analisa yang menunjukkan, tercapai persetujuan historik oleh COP28 tak lepas dari kerja sama Tiongkok dan AS, khususnya di bidang tingkat tinggi. Ketika kepala negara Tiongkok dan AS mengadakan pertemuan San Francisco, pemimpin kedua negara menekankan akan berupaya mendorong kesuksesan COP28, sikap positif ini memberi tenaga untuk penanganan krisis iklim di seluruh dunia.

Kini, pembangunan yang hijau dan karbon rendah telah menjadi kesepahaman global. Berbagai negara telah memberi upaya yang besar dan mencapai kemajuan yang tertentu, namun dibandingkan dengan perubahan iklim yang serius, bagaimana melaksanakan hasil konferensi tersebut baru adalah yang terpenting.

Pertama, negara maju tak boleh omong-omong saja. Kedua, untuk mewujudkan peralihan energi, dan menangani perubahan iklim, masih dibutuhkan upaya berbagai negara sendiri. Selain itu, sejumlah negara tak boleh ‘membuat masalah dengan dalih emisi karbon’. Berbagai pihak hendaknya secara kolektif menentang pembatasan perdagangan dan investasi dengan dalih menangani perubahan iklim.