Mengapa Baterai Mobil Listrik Buatan Tiongkok Menjadi Favorit Perusahaan Manufaktur Mobil di Dunia?

2024-01-29 16:31:20  


“Tiada cara yang terbaik untuk menggantikan ‘buatan Tiongkok’,” baru-baru ini, media Korea Selatan, The Korea Economic Daily melaporkan kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan mobil Korsel. Seiring dengan eskalasi pembatasan ekspor terhadap Tiongkok yang terus dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS), perusahaan manufaktur mobil di Korsel yang sangat mengandalkan bahan baku baterai Tiongkok mengalami kesulitan yang semakin serius. Oleh karena itulah, perusahaan-perusahaan tersebut mengajukan surat yang mengimbau pemerintah AS untuk melonggarkan pembatasan terhadap Tiongkok, dan mengizinkan mereka membeli bahan baku baterai utama di Tiongkok.

Sementara itu, pada sisi lain di bumi, perusahaan AS Tesla pun menghadapi masalah serupa. Karena produksi baterai mobil listrik Cybertruck yang baru dirilis juga menemui jalan buntu, Tesla pun terpaksa secara darurat meminta pertolongan darurat dari produsen Tiongkok, dan berharap mendapat dukungan komponen baterai.

Selain itu, Gubernur Negara Bagian Mississippi, Tate Reeves, baru-baru ini turut mempromosikan proyek pembangunan ekonomi terbesar kedua dalam sejarah di negara bagian tersebut yang baru diluluskan, yaitu pabrik produksi baterai mobil listrik yang telah mendapat investasi sejumlah 1,9 miliar dolar US dari 4 perusahaan, di antaranya perusahaan produksi baterai dari Tiongkok yang memiliki 10% saham. Hal tersebut justru bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang menyebut bahwa teknologi Tiongkok merupakan sebuah “ancaman”.

Mulai dari perusahaan Korsel hingga perusahaan AS, dari pemerintah sampai kalangan bisnis, mereka mengeluarkan informasi yang menyatakan bahwa mengembangkan mobil energi baru (NEV) tidak terlepas dari Tiongkok.

 

Seberapa kuatkah baterai buatan Tiongkok?

Pada 100 tahun yang lalu, ketika Henry Ford mengubah produksi mobil modern, para insinyur dari berbagai negara berbondong-bondong ke AS. Hingga kini, Volkswagen Jerman telah mengirim sekitar 300 stafnya untuk belajar manufaktur baterai di Tiongkok, PT Contemporary Amperex Technology (CATL) Tiongkok sedang membantu Ford untuk mendirikan pabrik baterai, perusahaan Tiongkok mulai mengekspor teknologi dan merek. Kebangkitan industri baterai Tiongkok sedang membawa perubahan yang mendalam kepada industri manufaktur mobil global.

Data terbaru yang diumumkan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok baru-baru ini menunjukkan, volume ekspor baterai mobil listrik buatan Tiongkok mencapai 127,4 gigawatt per jam (GWh), meningkat 87,1% dibandingkan masa yang sama tahun lalu, skala pasar telah menduduki barisan terdepan di dunia selama 7 tahun berturut-turut. Di antaranya, pasar ekspor terbesar adalah Eropa, yang kemudian disusul oleh Amerika Serikat dan Asia Tenggara. Tidak hanya itu, di antara 10 perusahaan baterai mobil listrik terbesar di dunia, perusahaan Tiongkok menempati 6 kursi.

Harian Nihon Keizai Shimbun Jepang melalui big data, telah memperoleh informasi lebih dari 13.000 perusahaan yang berkaitan dengan Tesla dari laporan keuangan Tesla dan siaran pers terkait, melalui analisa ditemukan bahwa 40% pemasok bahan baku baterai mobil listrik Tesla berasal dari Tiongkok. The New York Times menyebut, karena Tiongkok adalah negara kuat produsen baterai mobil listrik, “Tanpa Tiongkok, AS bahkan tidak akan bisa mewujudkan ekonomi hijau”.

 


Dari mana datangnya daya penggerak yang kuat itu ?

Prestasi yang dicapai industri baterai mobil listrik Tiongkok dihasilkan dari berbagai keunggulan kompetitif.

Cui Dongshu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok memperkenalkan bahwa baterai mobil listrik Tiongkok memiliki keunggulan industri yang tak bisa digantikan. Tiongkok telah mewujudkan produksi mandiri bahan baku utama baterai mobil listrik seperti sisi positif (anode), sisi negatif (katode) dan elektrolit, dan telah membentuk rantai industri baterai mobil listrik yang sempurna di Tiongkok. Data telah menunjukkan bahwa perusahaan Tiongkok sudah menduduki lebih dari 60% pasar baterai lithium ion mobil. Seiring dengan volume produksi dan penjualan mobil energi baru Tiongkok yang melampaui 60% dari volume total di dunia dan telah menduduki peringkat no.1 di dunia selama 9 tahun berturut-turut, perkembangan baterai mobil listrik pun telah memperoleh ruang yang lebih besar.

Di bidang bahan baku utama yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai, Tiongkok juga menduduki status dominan. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 80% volume produksi bahan utama seperti elektrolit baterai lithium ion dan pemisah baterai global berasal dari Tiongkok. The New Yorks Times pernah mengambil bahan Kobalt dari material metal penting baterai mobil listrik sebagai contoh, menemukan bahwa Tiongkok mempunyai keunggulan pada setiap sesi rantai produksi baterai mobil listrik mulai dari pertambangan sampai pembuatan komponen, sedangkan negara lain di dunia mungkin masih membutuhkan waktu puluhan tahun baru bisa mengejar Tiongkok.

Sementara itu pula, kualitas baterai buatan Tiongkok sangat stabil, biayanya relatif rendah dan sangat disambut baik oleh perusahaan manufaktur mobil di berbagai negara. Tahun 2020, Volkswagen Jerman menjadi perusahaan manufaktur mobil asing yang pertama menanam modal pada perusahaan produksi baterai Tiongkok. Menurut perkiraan Volkswagen, hingga tahun 2030, grupnya dapat menurunkan 30% biaya baterai dalam semua model mobil yang diproduksinya, di antaranya, biaya baterai pada model mobil level pemula akan berkurang 50%.

Yang lebih penting lagi, kunci kemenangan perusahaan Tiongkok adalah mengandalkan dan mempertahankan inovasi teknologi dalam jangka panjang dan mempercepat tata letak global. Data yang diumumkan Asosiasi Industri Otomotif Tiongkok menunjukkan bahwa dewasa ini, paten terkait baterai mobil listrik yang diajukan oleh Tiongkok menduduki 74% dari total di dunia, dan sudah menjadi negara produsen motor penggerak terbesar.

Penanggung jawab BYD memperkenalkan bahwa sebagai produsen baterai utama di dunia, pihaknya telah melakukan litbang mendalam selama 20 tahun di bidang baterai, dengan produk mencakup bidang-bidang baterai mobil listrik, baterai penyimpan energi dan baterai baru, berupaya mengatasi berbagai kekurangan dari fungsi baterai. Sebelumnya, media asing juga pernah melakukan uji coba terhadap data pengisian daya mobil Tesla yang memasang baterai BYD, dan hasilnya sangat memuaskan, pengisian daya berkekuatan tinggi bertahan lebih lama, daya pengisian lebih tinggi, dan konsumsi energinya lebih sedikit.

 

“Pelepasan Keterkaitan” tidak akan berhasil

Perkembangan industri baterai mobil listrik Tiongkok telah mendorong transisi hijau dan rendah karbon industri otomotif global, dan mempertahankan keberlanjutan pembangunan hijau global, telah mendapat pujian dari seluruh dunia. Akan tetapi, hal tersebut juga mengundang kecemburuan dari sejumlah politikus di AS yang ingin mencoba menyingkirkan baterai buatan Tiongkok keluar dari rantai pasokan mobil listrik di AS.

Beberapa tahun belakangan ini, melalui intervensi politik dan hambatan perdagangan, pemerintah AS telah membangun tembok yang tinggi untuk menghadapi baterai mobil listrik buatan Tiongkok, dan berniat menghambat perkembangan industri baru di Tiongkok. Misalnya pemerintah AS dalam UU Pengurangan Inflasi yang dikeluarkan bulan Agustus tahun 2022 menyatakan, pihaknya akan memberikan pemangkasan pajak maksimal 7.500 dolar US untuk setiap unit mobil listrik, dengan syarat keseluruhan mobil dirakit di Amerika Utara, dan bahan baku utama komponen baterainya harus diambil dari pertambangan atau diolahkan dalam proporsi tertentu di Amerika Utara. Selain itu, berdasarkan UU Otorisasi Pertahanan Nasional Tahun Fiskal 2024 AS, Pentagon dilarang membeli baterai dari 6 perusahaan Tiongkok termasuk CATL dan BYD.

Pakar terkait menunjukkan, tindakan AS tersebut justru menunjukkan hegemonismenya yang konsisten, dan bertentangan dengan peraturan perdagangan adil di dunia. Pihak AS mengatasnamakan “keamanan nasional” menindas Tiongkok, dan berniat melakukan “pelepasan keterkaitan”, namun mempertimbangkan keunggulan teknologi unik industri baterai Tiongkok, perbuatan AS tersebut pasti hanya akan sia-sia saja. Perusahaan asing seperti Tesla yang meminta bantuan darurat dari perusahaan Tiongkok adalah bukti yang terbaik. Berbagai negara bagian AS yang aktif mengupayakan kerja sama dengan Tiongkok juga merupakan cerminan dari keinginan masyarakat.

Di samping itu, berdasarkan analisa dari Badan Energi Internasional, AS hampir tidak mampu melakukan pekerjaan pertambangan dan pengolahan terhadap material lithium, nikel dan kobalt, volume produksi bahan anode dan katode baterainya pun kurang dari 5% dari total di seluruh dunia. Jika menyingkirkan baterai mobil listrik buatan Tiongkok keluar dari rantai pasokan, mungkin akan menaikkan harga mobil listrik di AS, dan menyimpang dari target yang diinginkan oleh pemerintah AS. Oleh karena itu, kebijakan perlindungan AS tidak hanya akan merugikan perusahaannya sendiri dan merusak peraturan pasar, namun pada akhirnya masyarakat AS sendiri yang akan menanggung akibatnya.

Fakta telah membuktikan bahwa kekuatan politik tidak bisa mengalahkan hukum pasar. Bloomberg berpendapat bahwa tanpa Tiongkok, tidak akan ada “mobil listrik buatan AS”, AS perlu bersikap rendah hati dalam bidang tersebut. Sejumlah lembaga AS seperti Pusat Studi Strategis dan Internasional AS baru-baru ini menyatakan, seiring dengan vitalitas ekspor produk baterai mobil listrik buatan Tiongkok yang semakin menguat, sejumlah industri pun ikut berkembang pesat, Tiongkok tetap menjadi pasar yang tak bisa ditinggalkan oleh para investor asing, terlebih lagi menjadi daya penggerak yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi dunia.