Lebih dari 90 Persen Netizen Global Kritik Politikus AS Sombong dan Bodoh

2024-02-03 20:47:59  

Pada tanggal 31 Januari waktu setempat, dalam sebuah rapat dengar pendapat di Washington D.C., Anggota Komite Kehakiman Senat AS Tom Cotten berturut-turut melontarkan serangkaian pertanyaan yang bodoh kepada CEO TikTok Shou Zi Chew, berulang kali bertanya apakah Shou Zi Chew memiliki kewarganegaraan Tiongkok dan apakah Shou Zi Chew adalah anggota PKT dan lain sebagainya. Penampilan bodoh Senator AS  dalam rapat dengar pendapat itu menjadi isi perbincangan para netizen seluruh dunia. Sebuah survei yang diadakan CGTN China Media Group CMG terhadap netizen seluruh dunia menunjukkan, lebih dari 90 persen netizen berpendapat, pertanyaan sejumlah Senator AS mengungkapkan ketidak-tahuan, kesombongan dan prasangkanya terhadap Tiongkok dan pada akhirnya akan mengganggu perkembangan stabil hubungan Tiongkok-AS.

86,5 persen responden di seluruh dunia menganggap bahwa penampilan Cotten sangat tidak profesional. Justru seperti apa yang dikatakan seorang netizen CGTN, IQ rendah,  kurang profesional dan kurang pengasuhan dasar, penampilan tipikal politikus AS terungkap sepenuhnya di depan seluruh dunia.

Yang lebih gawat ialah, lelucon kurang pengetahuan dan tidak profesional seperti ini bukan satu kali saja terjadi di Kongres AS. Dalam rapat dengar pendapat Komsi Energi dan Perdagangan Majelis Perwakilan AS pada bulan Maret tahun lalu, lebih dari 50 anggota dengan sikap dan nada sombong melontarkan 200 pertanyaan yang tajam, menyimpang dan kurang pengetahuan umum kepada Shou Zi Chew, bahkan berkali-kali dengan kasar memotong pembicaraan Shou Zi Chew, dan mengganggu ia memberikan penjelasan yang terinci. Berkenaan itu, 87,7 persen responden menganggap bahwa itu dengan serius merugikan keobjektifan dan keadilan lembaga legislatif AS dan itu merupakan praduga bersalah yang mutlak. 85,3 persen responden menyatakan, ketika menggunakan Tik Tok, mereka tak pernah merasakan resiko keamanan seperti apa yang disebutkan anggota Kongres AS.

Sejauh ini, pemerintah AS belum dapat mengemukakan bukti apapun tentang ancaman Tik Tok terhadap negara AS, tapi terus mengadakan penindasan yang tidak masuk akal terhadap perusahaan terkait dan menimbulkan kepanikan berkisar pada isu Tiongkok, dan maksud sebenarnya ialah untuk memelihara status monopoli ipteknya sendiri, dan merampaskan hak pembangunan adil negara-negara lain. Menurut survei, 76,6 persen responden berpendapat, perbuatan AS kurang adil dan dengan serius merusak peraturan perdagangan internsional yang adil, dan juga merugikan lingkungan pasar global yang bebas. 87,3 persen responden berpendapat, interpelasi dan sanksi diskriminasif anggota Kongres AS terhadap perusahaan iptek negara lain dengan serius menghambat peredaran bebas iptek dan pada akhirnya akan mengganggu perkembangan iptek AS.

Survei tersebut dirilis CGTN di platform bahasa-bahasa Inggeris, Spanyol, Perancis, Arab dan Rusia, dan dalam waktu 24 jam lebih dari 17 ribu netizen ikut serta dalam pemungutan suara dan mengemukakan pendapatnya.