Konferensi Keamanan Munich Ke-60 Minggu kemarin (18/02) ditutup di Munich, Jerman setelah berlangsung 3 hari. Selama konferensi tersebut, para peserta membahas banyak tantangan global antara lain krisis Ukraina, konflik Palestina-Israel serta ketertiban internasional.
Di depan konferensi kali ini, NATO yang dipimpin oleh AS terus memperparah situasi krisis Ukraina, niatnya ialah memperpanjang krisis Ukraina. Namun, menurut Laporan Keamanan Munich 2024 edisi terbaru, saat ini negara-negara Barat tengah mengalami “kelelahan perang”, dan hendak sedini mungkin terlepas dari belenggu bantuan ke Ukraina. Selama penyelenggaraan konferensi tersebut, demonstrasi berulang kali terjadi di Munich. Para demonstran menghimbau AS dan negara-negara Barat lainnya menghentikan aksinya yang memperburuk krisis Ukraina.
Dalam masalah konflik Palestina-Israel, banyak politikus menyatakan kekhawatiran atas jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar yang diakibatkan aksi militer Israel di Jalur Gaza, dan menghimbau penyelesaian konflik Palestina-Israel dengan pendekatan politik, mereka juga menekankan bahwa hanya dengan Solusi Dua Negara barulah dapat mendorong terwujudnya perdamaian abadi di kawasan tersebut.
Menurut Laporan Keamanan Munich 2024, ketertiban internasional dewasa ini terdapat kelemahan yang jelas, negara-negara Global South tidak puas karena gagal mendapatkan manfaat yang semestinya, sedangkan negara-negara Barat yang pernah mendukung ketertiban tersebut juga tidak puas akibat terus berkurangnya keuntungan mereka, sebagai akibatnya, pemikiran zero-sum yang menekankan keuntungan relatif telah menjerumuskan dunia dalam kebuntuan “kalah bersama”. Para peserta berpendapat bahwa ketertiban internasional saat ini perlunya direformasi secara serta merta.