Barat Sebaiknya Dengarkan Solusi Tiongkok Ketimbang Cemas Atas “Kalah Bersama”

2024-02-20 14:46:47  

Hari Minggu kemarin waktu setempat (18/2), Konferensi Keamanan Munich Ke-60 ditutup. Dilatarbelakangi keberlangsungan krisis Ukraina dan eskalasi konflik Palestina dan Israel, forum kali ini diselimuti kecemasan dan kekhawatiran. Bagaimana menangani tantangan global? Para partisipan berbagai negara turut memberi anjuran dan solusinya masing-masing. Di antaranya, Menteri Luar Negeri Tiongkok dalam pidatonya menekankan bahwa Tiongkok akan teguh berperan sebagai kekuatan yang menstabilkan dunia yang gejolak, dan pernyataan tersebut disambut baik oleh sejumlah pihak. Kantor Berita Amerika Latin memuji bahwa “pembangunan Tiongkok berarti kekuatan damai yang kuat dan unsur stabil yang penting”.

“Laporan Keamanan Munich Tahun 2024” mengusung tema “Kekalahan Bersama” atau “lose-lose”, dan telah mengeluarkan semacam emosi yang pesimistis. Dikatakan dalam laporan tersebut bahwa diakibatkan oleh ketegangan geopolitik dan penambahan ketidakpastian ekonomi, sejumlah besar negara tidak lagi berfokus pada kepentingan keseluruhan kerja sama global, melainkan lebih memperhatikan untuk meraih sejumlah manfaat dan keuntungan.

Di belakang kekhawatiran Barat atas apa yang disebut “lose-lose” terdapat dua penyebab utama, antara lain pertama adalah kecemasan dan kekecewaannya terhadap kehilangan keunggulannya sendiri, dan kedua adalah peningkatan “rasa kecemasan” di sejumlah negara Barat, yang diakibatkan langsung oleh keterpurukan serangkaian insiden. Misalnya negara-negara Eropa telah mengalami keguncangan serius akibat krisis Ukraina yang telah berlarut dua tahun.

Namun sayang sekali, mereka masih kurang introspeksi mendalam terhadap penyebab itu, dan selalu nekat untuk menyelesaikan masalah secara prima facie. Di sela-sela keberlangsungan Konferensi Keamanan Munich kali ini terdapat dua kabar yang mengundang perhatian, antara lain anggaran belanja militer dari 18 negara anggota NATO akan menempati 2% PDB masing-masing; Komisi Uni Eropa mengumumkan melancarkan penyelidikan anti subsidi terhadap sebuah perusahaan cabang dari China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC). Karena merasa tidak aman, maka secara besar-besaran menambahkan anggaran belanja militer; karena tidak mampu bersaing, jadi melakukan proteksionisme atas nama “de-risking”, perbuatan serupa tidak hanya membuat dunia semakin tidak aman, tapi juga akan merugikan diri sendiri. Sejumlah tokoh bijaksana menunjukkan, demi melepaskan diri dari kesulitan keamanan, para politikus Barat hendaknya menyesuaikan kembali pikirannya dan memandang dunia dengan sikap yang lebih setara, saling menguntungkan dan inklusif, dalam rangka menemukan solusinya untuk mengatasi risiko dan tantangan sekaligus.

Dalam pidato tahun ini, Tiongkok telah menyampaikan sebuah sinyal yang jelas yaitu Tiongkok bersedia berperan sebagai kekuatan stabilisator untuk mendorong kerja sama antar negara besar, berperan sebagai kekuatan stabilisator untuk menangani masalah titik panas, berperan sebagai kekuatan stabilisator untuk meningkatkan tata kelola global serta untuk mendorong pertumbuhan global.

Nyata sekali, empat butir anjuran tersebut dengan mengambil “menstabilkan” sebagai kata kunci, dan bertolak dari segi keamanan dan pembangunan telah memberikan unsur stabil kepada dunia dan juga memberikan referensi kepada Barat untuk berjalan keluar dari kecemasan “kekalahan bersama”.

Dalam penanganan aktif pihak Tiongkok, Arab Saudi dan Iran telah mewujudkan rekonsiliasi historis pada tahun 2023; menghadapi ancaman perubahan iklim, Tiongkok mendorong Konferensi Perubahan Iklim PBB mencapai “Kesepahaman Uni Emirat Arab”, yang bakal mewujudkan penurunan emisi gas karbon dioksida dalam sejumlah terbesar dalam waktu terpendek; menghadapi tantangan kecerdasan buatan, Tiongkok mendukung mendirikan lembaga pengelolaan kecerdasan buatan internasional dalam kerangka PBB, untuk bersama memelihara kesejahteraan manusia. Serangkaian aksi dan solusi Tiongkok sama-sama bertolak dari kepentingan bersama masyarakat internasional dan berfokus pada bagaimana mengatasi tantangan yang dihadapi bersama.

Dalam pembahasan Konferensi Keamanan Munich tahun ini, dunia luar pun memantau kekhawatiran terhadap prospek perkembangan ekonomi dunia. Apa sebenarnya menjadi pilihan yang tepat? Tiongkok menunjukkan bahwa menentang “pelepasan keterkaitan” sudah menjadi kesepahaman bersama masyarakat internasional, dan konsep yang menolak kerja sama barulah risiko terbesarnya.

Sebuah laporan yang dipublikasikan baru-baru ini menunjukkan, volume investasi langsung Jerman terhadap Tiongkok pada tahun 2023 sudah mencapai 11,9 miliar Euro, dan angka tersebut sempat memecah rekor baru yang menduduki sebesar 10,3% dari investasi luar negeri Jerman, dan mencapai taraf tertinggi sejak tahun 2014. Kalangan industri dan perdagangan global secara umum berpendapat bahwa, “Tiongkok berikut masih tetap adalah Tiongkok”. Modernisasi ala Tiongkok akan menyejahterakan lebih banyak negara dan rakyatnya.

Bagaimana berjalan keluar dari kesulitan keamanan, jawabannya sudah sangat jelas, yakni, hendak terbuka dan bukan tertutup; hendak bersolidaritas dan bukan isolasi, hendaknya dialog dan kerja sama dan bukan bertentangan. Kaum elite Barat sebaiknya mendengarkan solusi dan anjuran Tiongkok ketimbang cemas atas “kekalahan bersama”.