Pada 8 Maret 2024, CGTN Bahasa Indonesia di bawah naungan China Media Group (CMG) bersama Metro TV dan Radio Bharata Online Indonesia mengadakan seminar “Bersama Nikmati Peluang Baru Perkembangan Ekonomi” di Jakarta. Para ahli yang masing-masing berasal dari wadah pemikir Tiongkok dan Indonesia, cendekiawan serta penanggung jawab media utama kedua negara menghadiri seminar tersebut secara daring dan luring. Seminar ini disiarkan langsung melalui akun Youtube Radio Bharata Online. Para peserta mengadakan diskusi yang mendalam mengenai prospek pembangunan ekonomi Tiongkok dan Indonesia, peningkatan pembangunan bersama Sabuk dan Jalan yang berkualitas tinggi serta komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Indonesia.
Xu Feibiao, peneliti dari China Institute of Contemporary International Relations merangkap Direktur Pusat Penelitian BRICS dan G20 di depan seminar tersebut memperkenalkan laporan kinerja pemerintah pusat Tiongkok 2024 melalui zoom, dan menggarisbawahi target pertumbuhan PDB sebesar 5% tahun 2024 yang tercantum dalam laporan kinerja pemerintah pusat sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Dia memperkenalkan, pada kuartal keempat tahun lalu, vitalitas perekonomian Tiongkok terus menguat dan keyakinan masyarakat berangsur pulih sejalan dengan munculnya efek dari kebijakan-kebijakan awal. Prediksi terbaru IMF terhadap pertumbuhan PDB Tiongkok setinggi 5,2%, meningkat 0,4% jika dibandingkan dengan data yang diumumkan pada Oktober 2023 lalu. Fakta membuktikan bahwa perekonomian Tiongkok telah melewati masa tersulit, dan telah menunjukkan kecenderungan membaik dan berkembang secara mantap, ini tidak hanya merupakan kabar yang baik bagi Tiongkok, tetapi juga adalah kabar baik bagi perekonomian Asia bahkan seluruh dunia.
Direktur Kajian Strategis Institut Gentala Christine Susanna Tjhin mengatakan hal senada dengan Dr. Xu, dan menunjukkan bahwa konsep “tenaga produktif kualitas baru” yang kerap kali muncul dalam “Dua Sesi” yang sedang berlangsung di Tiongkok, merupakan sumber keyakinan bahwa ekonomi Tiongkok akan tetap memelihara tren perkembangan mantap dalam jangka panjang. Dia menyatakan, tenaga produktif kualitas baru, dengan “teknologi canggih, efisiensi tinggi dan kualitas tinggi”sebagai intinya, akan mendorong perkembangan berkelanjutan digitalisasi dan industri strategis era baru berbasis kecerdasan buatan (AI) melalui terobosan inovasi teknologi. Hal tersebut justru akan mendorong ekonomi Tiongkok untuk memelihara vitalitasnya, dan juga mendorong masyarakat internasional bersikap optimis terhadap ekonomi Tiongkok yang akan terus memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi global. Dia menyatakan bahwa Indonesia sedang berusaha untuk mengubah struktur ekonominya beralih dari ekonomi berorientasi konsumsi menjadi ekonomi yang berorientasi ekspor dan industri manufaktur, sedangkan Tiongkok ingin mengubah struktur ekonominya dari ekonomi berbasis ekspor menjadi berbasis konsumsi, hal tersebut mempunyai potensi perkembangan raksasa bagi kerja sama kedua negara pada masa depan. Tiongkok dan Indonesia hendaknya memperdalam sinergi strategi pembangunan, mendorong produk berkualitas khusus Indonesia dapat penetrasi ke dalam pasar konsumsi ekonomi digitalisasi yang masif itu.
Dr. Murpin Josua Sembiring, pakar ekonomi internasional selaku guru besar Ilmu Manajemen Universitas Ciputra Surabaya dalam pidatonya via zoom menunjukkan, kerja sama ekonomi dan perdagangan bersahabat Tiongkok dan Indonesia berbasis saling menguntungkan dan saling melengkapi dalam jangka panjang, Indonesia didukung Tiongkok secara penuh untuk mandiri punya kemampuan hilirisasi yang masif melalui transfer teknologi dan kerja sama mega proyek. Inisiatif pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan” yang diajukan Presiden Xi Jinping pada tahun 2013 justru memperluas roadmap bagi kerja sama ekonomi dan perdagangan, dan mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok dan Indonesia berkembang sangat pesat, khususnya infrastruktur dan investasi yang berbasis saling menguntungkan sempat menyejahterakan kedua negara dan rakyatnya dan juga berpotensi besar dalam jangka panjang. Oleh karena itu dia berpendapat bahwa Tiongkok dan Indonesia hendaknya meningkatkan sinergi strategi pembangunan, berfokus pada 7 sektor industri utama untuk pengembangan: makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronik, farmasi, dan alat Kesehatan dengan skema yang saling menguntungkan jangka panjang, agar menciptakan peluang baru bagi pembangunan saling menguntungkan dan menang bersama kedua negara dalam jangka panjang.
Direktur Departemen Riset Tiongkok Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Veronika S. Saraswati dalam pidatonya menunjukkan bahwa Tiongkok memainkan peran penting dalam mendorong revolusi industri Indonesia putaran baru. Ambil contoh proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek andalan yang dibangun oleh Tiongkok dan Indonesia dalam rangka pembangunan bersama “Sabuk dan Jalan”, Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak hanya memiliki respons percontohan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara, namun yang lebih penting adalah kereta ini juga mengemban tanggung jawab untuk memperkuat interkoneksi perkotaan sekitarnya dan mendorong siklus perkembangan perekonomian regional. Veronika menekankan bahwa selama pembangunan dan pengoperasian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, telah terbentuk kelompok lapangan kerja dan rantai industri yang besar di Indonesia, akan mendorong industri manufaktur dan transportasi Indonesia mencapai perkembangan lompatan dan membentuk landasan kukuh untuk mendorong pembangunan berkelanjutan Indonesia untuk mewujudkan pengembangan dan realisasi visi “Indonesia Emas 2045”.
Direktur Pusat Penelitian “Sabuk dan Jalan” dari Institut Hubungan Internasional Tiongkok, Profesor Zhang Xuegang menyetujui pandangan Ibu Veronika dalam pidatonya. Dia menekankan bahwa “Sabuk dan Jalan” tidak “hanya fokus pada pembangunan infrastruktur.” Faktanya adalah jalur modernisasi baru yang dipandu oleh teknologi terkini dan paling mutakhir serta konsep humanistik.
Direktur Departemen Studi Masalah Tiongkok dari Institut Gentala Indonesia Fathan Sembiring membagikan pengalamannya belajar di Tiongkok dalam seminar. Dia menyatakan bahwa generasi muda generasi Milenial mudah terjerumus ke dalam “Mental Block” dan selalu suka berkutat di zona nyaman sendiri, tidak berani menerobos diri dan mencapai lompatan hidup. Pembangunan bersama inisiatif “Sabuk dan Jalan” tidak hanya menjadi penghubung bagi pembangunan ekonomi dan perdagangan, namun juga menjadi jembatan bagi masyarakat untuk saling terhubung. Ia mengutip kalimat yang populer di jaringan internet Tiongkok “Dunia ini begitu besar, saya ingin keluar dan melihat” untuk mendorong lebih banyak kelompok pemuda Indonesia berani keluar dari zona nyaman mereka dan berkeliling dunia yang termasuk Tiongkok, tidak hanya melalui jaringan internet. Mengenai hasil pembangunan Tiongkok, generasi muda Indonesia harus memikul tugas penting untuk belajar dan mengejar ketertinggalan, sehingga dapat meletakkan landasan opini publik yang bersahabat dan saling menguntungkan bagi masa depan kedua negara.