"Demokrasi ala AS" telah menjadi "demokrasi yang sakit"

2024-03-17 14:53:57  

Amerika Serikat telah lama bangga menjadi “siswa terbaik” dalam demokrasi. Namun menurut hasil jajak pendapat global yang dilakukan bersama oleh CGTN dari China Media Group (CMG),Universitas Renmin Tiongkok dan Institut Komunikasi Era Baru Internasional,  sebagian besar responden di seluruh dunia memiliki opini negatif terhadap "Demokrasi ala AS".  71,1% responden percaya bahwa sistem politik Amerika memiliki kelemahan serius dan sangat berbeda dari konsep inti sistem demokrasi; 70,4% responden percaya bahwa AS bukanlah “teladan demokrasi” yang bisa diikuti oleh negara lain. “Demokrasi ala Amerika” yang berada dalam kronis telah menjadi “demokrasi yang sakit.”

“Demokrasi ala AS” semakin menjadi alat cari uang

Hakikat demokrasi adalah kedaulatan dimiliki rakyat.Amerika Serikat, yang seringkali menganggap dirinya sebagai “mercusuar demokrasi”, lebih menyoroti demokrasi pada segelintir kelompok kaya. Dalam survei tersebut, lebih dari 80% (80,2%) responden global percaya bahwa sistem pemilu “satu orang, satu suara” adalah elemen terpenting dari “Demokrasi ala AS.” Namun, sebaliknya, 72,5% responden berpendapat bahwa keinginan rakyat hanya disebutkan pada saat pemilu, dan segera  dilupakan oleh politisi setelah pemilu.

Dalam survei tersebut, 74,5% responden global percaya bahwa kekuasaan yang diperoleh melalui pemilu lebih cenderung menguntungkan kelompok minoritas kaya  dibandingkan kepentingan masyarakat umum; 68% responden percaya bahwa “Demokrasi ala AS” telah menjadi sebuah permainan uang yang hanya mampu dimiliki oleh segelintir orang kaya.

“Perselisihan keledai-gajah” memperparah perpecahan sosial

“Demokrasi ala AS” semkain menjauhkan diri dari konsep demokrasi, dan juga sulit diterapkan pada tataran praktis. Apa yang disebut sebagai “politik seimbang ” yang selalu diiklankan  AS telah lama direduksi menjadi “politik veto” karena berulang kali terjadi tarik-menarik ekstrem antara partai Demokrat dan partai Republik. Data menunjukkan bahwa hanya 24,8% responden global berpendapat bahwa terdapat lebih banyak kerja sama daripada konfrontasi antara kedua parpol di Amerika Serikat; 85% responden percaya bahwa konflik antara kedua parpol AS itu telah memperburuk perpecahan dalam masyarakat Amerika; 84,5% responden berpendapat bahwa perselisihan kedua pihak semakin memperbesar kelemahan serius sistem politik Amerika.

 

82,6% responden percaya bahwa konflik antara kedua partai di Amerika Serikat telah mempengaruhi sistem peradilan Amerika, dan 79,9% responden percaya bahwa keberpihakan juga memperdalam perbedaan dan kontradiksi antara sistem administrasi Amerika dan sistem legislatif. . Kedua data survei ini menyumbang proporsi responden Amerika Utara yang lebih tinggi, masing-masing sebesar 86,6% dan 80,8%.

 

Pemerintahan yang gagal merobek “Demokrasi ala AS”

Di mata responden global, hal terpenting dalam mengembangkan demokrasi adalah “melindungi hak-hak mendasarhidup” (40,7%), diikuti oleh “kesetaraan untuk semua” (29,3%), “mengembangkan perekonomian” (29%), dan “ meningkatkan taraf hidup” (28,4%) dan “menjaga stabilitas sosial dan ketertiban sosial” (25,6%). Sedangkan “satu orang-satu suara dalam sistem pemilu" (12,4%) dan "kekuasaan seimbang" (10%) yang diiklankan oleh "Demokrasi ala AS" masing-masing berada di peringkat kesepuluh dan ketiga belas.

 

“Kebebasan Berbicara” Tidak Sesuai dengan Namanya

Kebebasan berbicara adalah “merek” "Demokrasi ala AS", namun "merek" ini telah lama mengabdi pada uang dan politik partisan. Dalam survei tersebut, 88,6% responden global percaya bahwa beberapa politisi dan media AS memanfaatkan celah dalam sistem demokrasi untuk menyebarkan informasi palsu; 65,2% responden berpendapat bahwa meskipun media AS mengklaim independen dari politik dan melayani kebebasan dan kebenaran, sebenarnya melayani kepentingan kelompok tertentu; sebanyak 92% responden menyatakan bahwa pemberitaan media AS kurang obyektif dan adil; 84,1% responden berpendapat bahwa media AS tidak memiliki kredibilitas dan gagal mendorong kemajuan demokrasi dan kebebasan.

Menurut laporan, total 39.315 responden dari 32 negara di seluruh dunia berpartisipasi dalam tiga jajak pendapat global termasuk jajak pendapat “Kesan pada AS”. Respondennya mencakup negara-negara maju dan berkembang, termasuk Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Jepang, Singapura, dan Spanyol, serta negara-negara berkembang seperti Afrika Selatan, Nigeria, Brasil, India, Indonesia, dan Argentina.