Kemenlu Tiongkok Ajukan Representasi Serius kepada AS atas Fitnahannya

2024-03-21 11:02:22  

Menurut berita, Menlu AS Blinken dalam KTT Demokrasi ke-3 yang digelar di Seoul, Korsel tanggal 18 Maret lalu menyebut bahwa laporan yang dikeluarkan Kemenlu AS tahun lalu menunjukkan, pemerintah Tiongkok telah melakukan propaganda dengan menghabiskan uang sebanyak miliaran dolar AS, mendistorsi lingkungan informasi global, serta menyebut bahwa Tiongkok telah menyuap media lokal Afrika dan Asia Tenggara untuk menyiarkan berita-berita pro-Tiongkok.

Dalam jumpa pers hari Rabu kemarin (20/3), jubir Kemenlu Tiongkok Lin Jian membantah fitnah Menlu AS Antony Blinken tersebut, menyatakan kekecewaannya dan menolak tegas pernyataan tersebut, serta telah mengajukan representasi serius kepada AS.

Lin Jian menunjukkan, “Demokrasi versus otoritarianisme” yang digembar-gemborkan dalam KTT Demokrasi pada dasarnya adalah sebuah cerita palsu, mengecam Tiongkok menyebarluaskan informasi palsu pun pada dasarnya juga informasi palsu. AS merupakan sumber dan penyebar informasi palsu terbesar di dunia, masyarakat internasional dapat melihatnya dengan jelas.

Lin Jian menyebutkan beberapa contoh informasi palsu terkait Tiongkok yang disebarkan oleh AS. Misalnya, ekonomi Tiongkok yang pulih dengan stabil dan membaik, digembar-gemborkan AS sebagai “bakal runtuh dari puncaknya”; pembangunan Sabuk dan Jalan yang mendatangkan kesejahteraan kepada rakyat berbagai negara, digembar-gemborkan sebagai “perangkap utang”; pernyataan masyarakat mancanegara tentang Tiongkok yang sebenarnya, disebut sebagai “manipulasi opini umum”; kebijakan untuk mendorong pembangunan Xinjiang, distigmatisasi sebagai “kerja paksa” dan “genosida”. Sejumlah politikus AS termasuk Direktur CIA berulang kali mengakui bahwa AS telah menyebarkan informasi untuk mencoreng Tiongkok dengan cara menyuap media. Tindakan tersebut telah membuktikan bahwa selama ini AS telah mengorganisir dan merencanakan penyebaran informasi palsu terkait Tiongkok, hal ini telah menjadi cara penting bagi AS untuk melancarkan perang kognitif terhadap Tiongkok.