Baru-baru ini, Filipina terus “memainkan dramanya” di daerah perairan Terumbu Ren’ai milik Tiongkok, mulai dari membuat masalah, sampai mengacungkan “bendera putih” setelah dicegat penjaga pantai Tiongkok (CCG), kini mereka memamerkan penderitaannya lagi, Filipina sedang menunjukkan seolah-olah dirinya menjadi korban. Seputar hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok melontarkan 5 pertanyaan untuk membantah aksi-aksi Filipina tersebut. Siapa yang terus melakukan provokasi di Laut Tiongkok Selatan (LTS)? Siapa yang melanggar kesepahaman kedua pihak dan komitmennya sendiri? Siapa yang menimbulkan ketegangan? Siapa yang menarik intervensi kekuatan luar? Filipina selalu melibatkan para jurnalis dalam aksinya, di dalamnya juga terdapat jurnalis dari negara ketiga yang berpartisipasi, apa maksud dari tindakan mereka itu? Kelima pertanyaan tersebut dilontarkan berdasarkan kenyataan. Filipina yang selalu memutar-balikkan kenyataan tentu saja akan dibantah dengan tegas. Kapal-kapal Filipina yang selalu berprovokasi di daerah perairan Terumbu Ren’ai tentu saja akan dicegat, dilarang dan diusir. Dapat dikatakan bahwa aksi pembalasan Tiongkok adalah masuk akal, tegas dan terkendali. Penanganan Tiongkok bersifat rasional, legal dan profesional.
Baru-baru ini, ketegangan di LTS justru diakibatkan oleh aksi provokasi dari Filpina. Mereka tidak hanya melakukan provokasi dan mencari masalah di laut, namun juga menyebarkan berita hoaks untuk menipu komunitas internasional, perbuatannya dengan jelas melanggar semangat “Deklarasi Perilaku (DoC) Para Pihak di Laut Tiongkok Selatan”. Tiongkok tidak akan membiarkan perbuatan sewenang-wenang Filipina, Filipina harus menyadari bahwa segala provokasi tidak akan memperoleh keuntungan, mengandalkan orang asing pun tidak akan berhasil. Fakta telah membuktikan bahwa mengikatkan diri dengan negara besar lain atau memaksakan Tiongkok mengalah dalam hal yang berkaitan dengan kepentingan intinya pasti akan mengalami kegagalan total, dan pada akhirnya hanya akan mendatangkan kerugikan bagi Filipina sendiri, sekaligus merugikan perdamaian dan kestabilan regional.