Menurut kabar dari laman situs web Lianhezaobao Singapura, laporan survei “The State of Southeast Asia 2024” telah secara resmi dirilis pada tanggal 2 April lalu. Ini merupakan tahun ke-6 Pusat Studi ASEAN Institut Asia Tenggara Yusof Ishak Singapura mengeluarkan laporan tersebut. Laporan tersebut telah menganalisa pandangan dan keyakinan Asia Tenggara terhadap Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), dan melakukan jajak pendapat terhadap sejumlah topik geopolitik yang menjadi perhatian umum.
Dikabarkan, hasil jajak pendapat menunjukkan, Tiongkok terus dianggap sebagai negara yang mempunyai daya pengaruh terbesar terhadap Asia Tenggara di bidang ekonomi dan politik. Mengenai perumpamaan jika terpaksa memilih antara Tiongkok atau AS, lebih banyak responden memilih untuk memihak Tiongkok, dan hal tersebut merupakan pertama kalinya Tiongkok melampaui AS menjadi pilihan prioritas sejak pertanyaan tersebut diajukan pada tahun 2020. Lebih dari separuh responden berpendapat bahwa hubungan negara-negara Asia Tenggara dengan Tiongkok membaik, sementara itu, keyakinan terhadap AS sebagai mitra strategis dan jaminan keamanan regional menurun dengan nyata.
Dikabarkan bahwa total tercatat 1.994 responden ikut serta dalam jajak pendapat kali ini, berasal dari berbagai kalangan antara lain kalangan akademisi, kalangan wadah pemikir, organisasi masyarakat, lembaga non pemerintah, media, badan-badan pemerintah serta lembaga regional dan internasional. Jajak pendapat tersebut dilakukan mulai tanggal 3 Januari hingga tanggal 23 Februari lalu, dan semua responden telah menjawab pertanyaan secara daring.
Laporan menunjukkan bahwa daya pengaruh Tiongkok di bidang ekonomi terhadap Asia Tengara sedikit menurun hingga 59,5%, tapi masih jauh memimpin dibandingkan negara-negara lain. Sementara sekitar 14,3% responden berpendapat bahwa AS mempunyai daya pengaruh terbesar terhadap ekonomi regional.
Di bidang daya pengaruh politik dan strategis, jumlah responden yang berpendapat bahwa Tiongkok mempunyai daya pengaruh terbesar sedikit meningkat hingga 43,9%, sementara jumlah responden yang berpendapat bahwa AS mempunyai daya pengaruh terbesar menurun hingga 25,8%.
Dikabarkan, dari perspektif sebuah negara, Malaysia, Indonesia dan Laos yang telah mendapat manfaat dari inisiatif “Sabuk dan Jalan” Tiongkok, lebih cenderung memihak pada Tiongkok.
Laporan menunjukkan bahwa para responden Asia Tenggara pada umumnya optimis terhadap hubungannya dengan Tiongkok, dan jumlah responden yang berpendapat bahwa hubungan negaranya dengan Tiongkok akan membaik atau membaik secara nyata dalam waktu 3 tahun mendatang meningkat dari 38,7% pada tahun 2023 sampai lebih dari 50% pada tahun ini.
Sementara itu, lebih banyak responden berpendapat bahwa AS telah mengurangi partisipasinya dalam urusan regional. Jumlah responden yang menganggap AS telah mengurangi atau dengan nyata mengurangi partisipasinya dalam urusan regional meningkat dari 25,7% pada tahun 2023 sampai 38,2% pada tahun ini.
Hal tersebut telah berdampak pada keyakinan para responden terhadap AS sebagai mitra keamanan regional yang dapat diandalkan. Jumlah responden yang “sedikit yakin bahkan sama sekali tidak yakin” pada AS bertambah dari 32% pada tahun 2023 sampai 40,1% pada tahun ini, sebagian besar responden asal Indonesia, Brunei dan Malaysia malah kurang yakin terhadap AS.
Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa gagasan pembentukan komunitas senasib sepenanggungan umat manusia yang diajukan Tiongkok pun memperoleh pengakuan dari responden Asia Tenggara. Sekitar 31,3% responden berpendapat bahwa gagasan tersebut telah sejalan dengan arah yang diupayakan ASEAN, dan lebih dari 30,1% responden berpendapat bahwa gagasan tersebut bermanfaat dan bermakna positif bagi Asia Tenggara.