Baru-baru ini kasus korupsi di dunia sepak bola Tiongkok telah membuat gempar negeri tersebut.
Mantan Ketua Asosiasi Sepak Bola Tiongkok Chen Xuyuan telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena kasus suap.
Sementara itu, mantan pelatih tim nasional putra Tiongkok Li Tie juga didakwa memberi dan menerima suap serta beberapa tindak kejahatan lainnya, kini dirinya sedang menunggu vonis dari pengadilan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus korupsi yang melibatkan uang dengan nominal besar di dunia sepak bola Tiongkok memang cukup marak.
Misalnya Kepala pelatih tim nasional Tiongkok terlibat dalam kasus yang melibatkan uang lebih dari 100 juta yuan, dan Ketua Asosiasi Sepak Bola Tiongkok terlibat kasus korupsi dengan nominal lebih dari 80 juta yuan.
Tidak hanya itu, banyak pejabat, pelatih, atlet, dan pemilik klub juga terseret kasus tersebut.
Kasus korupsi yang sangat sistematis dalam sepak bola Tiongkok tidak hanya sangat menghambat kemajuan dunia sepak bola negara tersebut, tetapi juga mendatangkan kerugian besar bagi kepentingan nasional, dan tentunya sangat membuat kecewa para penggila bola.
Masalah korupsi memang bisa terjadi di mana saja. Di negara kita sendiri, kasus korupsi sudah lama “membudaya”. Koruptur bersarang di mana-mana.
Sudah tidak terhitung jumlah para pejabat negara yang terlibat kasus korupsi mulai dari anggota dewan, pejabat senior pemerintah, menteri kabinet hingga sipir penjara.
Para koruptor bak lintah penghisap darah dan keringat rakyat. Mirisnya, para napi koruptor dapat melanjutkan aksinya meskipun mendekam di balik jeruji besi. Pernah ditemukan bukti bahwa mereka menyuap Kalapas untuk mendapat fasilitas mewah di penjara.
Hal ini merupakan penghinaan besar terhadap keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Pemberantasan korupsi merupakan salah satu faktor yang menentukan masa depan sebuah negara.
Sejak menjabat pada 2014 lalu, Presiden Joko Widodo juga telah menegaskan komitmennya dałam pemberantasan korupsi, upaya pencegahan juga terus dilakukan dengan membangun sistem pemerintahan dan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel.
Tapi, dalam prakteknya di lapangan, masih banyak saja oknum tidak bertanggung jawab yang tidak segan-segan mencuri uang negara, dan ini akan menjadi PR berat bagi Presiden terpilih RI yang baru, Prabowo Subianto. Prabowo telah menegaskan bahwa dirinya tidak akan gentar untuk memberantas korupsi dan tidak akan pernah berkompromi dengan korupsi di Indonesia.
Kita lihat saja sepak terjang beliau dalam menunaikan janjinya. Bercermin dari pemberantasan korupsi Pemerintah Tiongkok, para pejabat negara dari atas sampai bawah, semuanya diawasi dengan ketat, pejabat yang ditemukan melakukan korupsi akan dihukum seberat-beratnya, tidak ada kompromi bagi mereka napi koruptor, dan jangan pernah berharap untuk melanjutkan karir sebagai pejabat pemerintahan begitu mereka kedapatan korupsi.
Menurut Laporan Tahunan Anti-Korupsi Tiongkok pada tahun 2023, Tiongkok totalnya telah menghukum 610.000 pejabat korup, yang terdiri dari petugas partai, pejabat pemerintahan tingkat kementerian hingga provinsi.
Komisi Pusat Inspeksi Disiplin Tiongkok dalam Laporan Tahunan Anti-Korupsi Tiongkok di tahun 2023 juga untuk pertama kalinya memuat isi tentang penanganan terhadap oknum yang terlibat kasus suap, Hal ini mencerminkan tekad Tiongkok untuk secara tegas memberantas korupsi hingga akar-akarnya.
Pencegahan korupsi dengan revolusi mental mempunyai arti penting bagi negara dan masyarakat mana pun di dunia. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan kejelasan sistem politik, tetapi juga menyangkut landasan keadilan sosial dan pembangunan ekonomi yang sehat.
Bagi kita masyarakat awam, pemberantasan korupsi bukan sekadar semboyan politik, melainkan sebuah harapan dan hak yang tidak dapat direbut siapapun. Hanya ketika pemberantasan korupsi benar-benar efektif, barulah kita dapat dengan bangga mengatakan bahwa keadilan sosial telah terwujud di Indonesia.