Setelah Kunjungan Yellen di Tiongkok, AS Diharapkan Dapat Sunggung-sungguh “Bertanggung Jawab”

2024-04-09 12:17:47  

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengakhiri kunjungannya terhadap Tiongkok pada Selasa hari ini (09/04). Dia adalah anggota Kabinet AS yang pertama mengunjungi Tiongkok pada tahun ini, dan ini adalah kunjungannya kembali ke Tiongkok setelah berselang 9 bulan. Selama kunjungannya, kedua pihak mengadakan pembicaraan dan pertukaran di berbagai tingkat dan berbagai bidang, sepakat untuk bersama-sama melaksanakan kesepahaman penting yang dicapai oleh kepala negara Tiongkok dan AS, dan telah mencapai hasil kesepahaman yang baru di bidang pendorongan pertumbuhan ekonomi, dan kerja sama moneter. Yellen menyatakan, AS dan Tiongkok “hendaknya mengelola hubungan ekonomi bilateral secara bertanggung jawab”, dan menegaskan kembali bahwa AS tidak berupaya “melepaskan keterkaitan” dengan pihak Tiongkok.

Sikap Yellen tersebut kedengarannya baik, namun bagaimana melaksanakannya, masyarakat tidak begitu yakin. Karena fakta ada di depan mata. AS terus menekan ekonomi, perdagangan dan iptek Tiongkok, dan daftar sanksi terhadap perusahaan Tiongkok pun semakin panjang.

Kali ini Yellen berbicara soal “bertanggung jawab”, maka perlu dijelaskan apa yang sesungguhnya disebut dengan “bertanggung jawab”. Hal ini mutlak bukan hanya bertanggung jawab atas ekonomi AS dan segalanya bertolak dari kepentingan AS, melainkan menciptakan lebih banyak kesejahteraan untuk perusahaan dan rakyat masing-masing, selain itu juga perlu mempertimbangkan saling menguntungkan dan menang bersama, mempertimbangkan penanganan tantangan global, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Bagaimana cara melakukannya? Bagi AS, ada beberapa indikator yang  dapat dipertimbangkan.

Pertama-tama, tidak boleh mempolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan, serta tidak membuat “ketidakamanan” dengan dalih “keamanan”.

Dalam kunjungan Yellen kali ini, Tiongkok dengan jelas menyampaikan kekhawatiran seriusnya terhadap tindakan AS yang menerapkan sanksi dan pembatasan terhadap perusahaan Tiongkok, menambahkan pajak bea cukai terhadap Tiongkok, dan membatasi investasi terhadap Tiongkok. AS hendaknya sadar, jika mereka tidak mengubah rel inersia  “keamanan nasional” yang digeneralisasi, maka hubungan ekonomi Tiongkok dan AS akan sulit berjalan di “rel yang tepat”. Di atas dasar hal ini, kerja sama ekonomi dan perdagangan Tiongkok dan AS hendaknya dilakukan menurut hukum ekonomi dan aturan pasar. Pada kunjungan Yellen kali ini, kedua pihak setuju untuk mengadakan pertukaran mengenai pertumbuhan seimbang ekonomi kedua negara dan global di bawah kerangka tim kerja ekonomi, selain itu, mereka juga melanjutkan pertukaran mengenai kestabilan moneter, moneter berkelanjutan, dan anti pencucian uang di bawah kerangka tim kerja moneter. Kesepahaman tersebut bermanfaat untuk meredakan kekhawatiran pasar dan meningkatkan kepastian pasar, sekaligus merupakan tanggung jawab yang harus dipikul Tiongkok dan AS sebagai dua ekonomi besar.

Dalam kunjungannya kali ini, Yellen juga menyinggung masalah “kelebihan kapasitas” dalam industri energi baru Tiongkok. Sebenarnya, ini adalah proposisi yang salah. Dari perspektif global, kapasitas produksi yang berkualitas tidak berlebihan, melainkan kurang memadai. Kapasitas produksi Tiongkok yang berkualitas sedang terus memenuhi kebutuhan negara-negara lainnya.

Dalam kunjungannya kali ini, Yellen di Guangzhou dan Beijing menyatakan bahwa AS tidak berniat “melepaskan keterkaitan” dengan Tiongkok. Tiongkok menyambut hal tersebut dan berharap AS dapat menunjukkan aksi nyatanya. Tahun ini adalah tahun ke-45 terjalinnya hubungan diplomatik Tiongkok dan AS. Pengalaman masa lalu telah membuktikan, kepentingan ekonomi Tiongkok dan AS berintegrasi secara mendalam, peningkatan kerja sama ekonomi dan perdagangan bermanfaat bagi kedua pihak dan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi global. Hubungan Tiongkok-AS berhenti memburuk dan menjadi stabil seperti saat ini, AS diharapkan dapat berjalan searah dengan Tiongkok, mempertahankan kreditbilitas, menunaikan komitmennya dengan aksi, dan mendorong “visi San Francisco” menjadi “kenyataan”. Dapatkah AS dengan sungguh-sungguh “bertanggung jawab”, dunia menunggu untuk menyaksikannya.