Tuntutlah Ilmu walau Sampai ke Negeri Tiongkok

2024-04-24 07:24:24  

Baru-baru ini, empat sepeda berbagi eksklusif dari "Institut Teknologi Beijing" muncul di Tianjin dan menjadi topik hangat di kalangan netizen Tiongkok. Pasalnya, empat mahasiswa asal Malaysia yang kuliah di Institut Teknologi Beijing berangkat dari Beijing dan bergowes sejauh 125 kilometer menuju Tianjin. Netizen Tiongkok pun melemparkan candaan dengan menyebut mereka  sebagai "mahasiswa berkaki besi".

 

Yang paling menarik perhatian adalah keempat mahasiswa asal Malaysia ini masing-masing mempelajari ilmu data sains dan teknologi mahadata, sains dan teknologi komputer, teknik mesin dan kecerdasan buatan. Hal ini mengingatkan kita pada sebuah hadits yang berbunyi "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Tiongkok".

 

Inovasi sains dan teknologi telah menjadi pendorong kemajuan peradaban umat manusia dan di tengah era globalisasi, kerja sama antar negara sangat diperlukan karena tantangan dunia semakin beragam dan kompleks. Di bawah kerangka inisiatif "Belt & Road" Tiongkok, semakin banyak generasi muda dari negara-negara yang berpartisipasi dalam pembangunan "Belt and Road" datang ke Tiongkok baik untuk menuntut ilmu maupun bekerja, mereka pun telah menyaksikan langsung kemajuan Tiongkok di bidang inovasi sains dan teknologi.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok memang mencapai prestasi mengesankan di bidang sains dan teknologi. Sebut saja, teknologi 5G, komunikasi kuantum, kecerdasan buatan, dan masih banyak lagi, semuanya menjadi bukti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Tiongkok. Memasuki tahun 2024, Tiongkok tidak berhenti berinovasi,  mulai dari luar angkasa hingga sumur bawah tanah sedalam 10.000 meter, dari kawasan kutub hingga samudera, tidak ada satupun yang tidak dijamah oleh Tiongkok.

 

Pada tanggal 23 Maret lalu, Direktorat Pengelolaan Armada Kapal Riset, BRIN dan Institute for Deep Sea Research and Engineering (IDSSE), Chinese Academy of Sciences (CAS) menyelesaikan ekspedisi gabungan bersama di Palung Jawa selama satu bulan. Penyelidikan ilmiah laut dilakukan untuk mengeksplorasi kekayaan biodiversitas laut dalam untuk kemanfaatan bagi Indonesia. Dan memberikan informasi baru mengenai keunikan geologi, biologi dan lingkungan dari zona subduksi Sunda dan potensi dampaknya pada ekosistem handal di Palung Jawa.

 

Tak berselang lama, pada 5 April lalu, Badan Antariksa Nasional Tiongkok (CNSA) menandatangani sebuah nota kesepakatan dengan Badan Pendidikan Perguruan Tinggi dan Inovasi Sains Thailand terkait kerja sama di bidang eksplorasi dan pemanfaatan angkasa luar untuk tujuan damai serta nota kesepakatan tentang kerja sama di Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS). 

 

Misi Chang'e-7 membawa sebuah aparatus penelitian ilmiah buatan Thailand untuk pengamatan cuaca antariksa. Alat tersebut dapat mengamati radiasi kosmos dan cuaca antariksa dari sudut Bulan. Sampai saatnya, aparatus sains tersebut akan memasuki ruang angkasa dari orbit bumi, yang merupakan pertama kalinya bagi Thailand. Ini menjadi milestone baru kerja sama antara China dan Thailand di bidang antariksa.

 

Ada beberapa alasan di balik keinginan negara-negara terkait menjalin kerja sama dengan Tiongkok di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya adalah, Tiongkok konsisten dalam mendorong pergerakan personel dan pertukaran sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh dunia secara bebas, mendorong transfer teknologi dan tidak pelit berbagi ilmu, mendorong pertukaran talenta internasional, dan bersama-sama meningkatkan kemampuan penelitian ilmiah, sehingga memberi kontribusi terhadap pengembangan industri di berbagai negara.

 

Untuk lebih konkretnya, lebih dari 10.000 ilmuwan muda dari negara-negara yang ikut serta dalam pembangunan "Belt and Road" dilibatkan dalam penelitian dan pertukaran ilmiah jangka pendek di Tiongkok. 

 

Tiongkok juga memberikan pelatihan kepada lebih dari 16.000 personel ilmiah, teknologi, dan manajerial dari negara-negara terkait. Tiongkok mendukung pembangunan bersama Pusat Penelitian Budidaya Laut, Pusat Penelitian Bencana Gunung, masih banyak lagi jika dijabarkan satu per satu.

 

Ilmu pengetahuan tidak mengenal batas negara. Ilmu pengetahuan bak cahaya yang menuntun kita menjelajahi hal-hal yang belum diketahui, sekaligus menjadi jembatan persahabatan yang menghubungkan orang-orang dari seluruh dunia.

 

 Keempat mahasiswa "berkaki besi" asal Malaysia tersebut telah memberikan contoh, jika kita bergandengan tangan dan maju bersama mengejar kemajuan ilmu pengetahuan untuk tujuan baik, maka tidak ada yang perlu ditakuti, meskipun di hadapan kita adalah jalan yang panjang dan berliku.