Tuduhan Pertemuan Menlu G7 adalah Gembar-gembor yang Tidak Masuk Akal

2024-04-25 14:43:38  

Belakangan ini, Pertemuan Menteri Luar Negeri G7 mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa kebijakan dan tindakan non-pasar Tiongkok mengakibatkan “kelebihan kapasitas produksi”. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin, dalam jumpa pers hari Kamis kemarin (24/4) menanggapi hal tersebut dengan menunjukkan bahwa gembar-gembor tersebut sama sekali tidak masuk akal, pihak Tiongkok dengan tegas menentang hal tersebut.

“Kapasitas produksi industri energi baru Tiongkok adalah kapasitas produksi canggih yang sangat dibutuhkan untuk mendorong pembangunan hijau, bukannya kelebihan kapasitas. Menurut perhitungan Badan Energi Internasional, untuk mencapai tujuan netralitas karbon, penjualan kendaraan energi baru secara global perlu mencapai sekitar 45 juta unit pada tahun 2030, merupakan 4,5 kali lipatnya dibandingkan tahun 2022, dan permintaan instalasi fotovoltaik juga perlu meningkat secara signifikan. Masalah penting yang dihadapi dunia masa kini bukanlah kelebihan kapasitas energi baru, tetapi kekurangan energi baru yang serius. Teknologi dan produk yang ramah lingkungan, terutama perkembangan industri energi baru bisa meredakan krisis energi berbagai negara, dan mengatasi kebutuhan terhadap perubahan iklim, akan memberikan kontribusi penting bagi transformasi hijau dan rendah karbon global,” tutur Wang Wenbin.

Wang Wenbin menekankan bahwa perkembangan pesat industri energi baru Tiongkok sesuai dengan hukum ekonomi dan prinsip pasar, bukan hasil subsidi. Produk energi baru Tiongkok mempunyai daya saing yang kuat terutama karena industri terkait sudah ditempatkan lebih awal, keunggulan teknologi terdepan telah terbentuk melalui penelitian dan pengembangan dalam jangka panjang, sementara itu, mengandalkan kemampuan pendukung industri dalam negeri yang kuat, pasar berskala super besar, dan sumber daya manusia yang berlimpah, telah membentuk keunggulan kompetitif yang komprehensif.

Dia menunjukkan pula bahwa menuduh “kelebihan kapasitas produksi” kepada industri energi baru Tiongkok adalah sikap proteksionisme. Menurut analisis Bloomberg, di bidang kendaraan listrik, tingkat pemanfaatan kapasitas sebagian besar eksportir mobil terkemuka Tiongkok berada pada tingkat normal yang diakui secara internasional.  Proporsi ekspor kendaraan listrik buatan Tiongkok jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara produsen mobil utama seperti Jerman, Jepang, dan Korea Selatan dalam produksi total, harga ekspor juga sesuai dengan hukum pasar, tidak ada masalah dumping.

“Tiongkok menjunjung kebijakan dasar keterbukaan terhadap luar negeri, bersedia bersama dengan berbagai pihak menjunjung persaingan yang adil, serta mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan dan menang bersama. Tiongkok berharap, negara-negara terkait menjunjung sikap yang terbuka, dengan sungguh-sungguh menghormati prinsip ekonomi pasar dan peraturan perdagangan internasional, serta menyediakan lingkungan perdagangan yang adil, transparan, terbuka dan non diskriminatif,” ujar Wang Wenbin.