Pemerintah Indonesia menargetkan produksi mobil listrik pada 2030 sebanyak 600.000 unit. Ini adalah komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dengen menumbuhkan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. Jika target tersebut dapat terwujud, maka dapat mengurangi konsumsi bahan bakar BBM sebesar 7,5 juta barel dan sekaligus menurunkan emisi CO2 sebanyak 2,76 juta ton. Mengamati percaturan industri kendaraan listrik dunia saat ini, Tiongkok sudah beberapa langkah di depan. Kendaraan listrik Tiongkok mulai membanjiri dunia, termasuk Indonesia. Alasannya cukup sederhana, mobil listrik Tiongkok dijual dengan harga yang terjangkau, namun dibarengi dengan kualitas dan teknologi yang sangat inovatif, sehingga tidak heran, mobil listrik Tiongkok dapat memenangkan hati konsumen. Belajar dari pengalaman Tiongkok akan menjadi faktor penting dalam mendorong pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
Pameran kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara PEVS 2024 baru-baru ini diadakan di Jakarta, Indonesia. Pada pameran ini, Tiongkok menunjukan dominasinya pada industri kendaraan listrik, pabrikan Tiongkok seperti BYD, Chery, Neta, Seres dan Wuling pun menjadi primadona. Pada pameran tersebut, BYD mengumumkan bahwa mereka akan berinvestasi sebesar US$1,3 miliar untuk membangun pabrik manufaktur di Indonesia dengan produksi kendaraan listrik sebanyak 150.000 per tahun. Pabrikan Tiongkok lainnya, Chery, juga menjadi sorotan pecinta mobil. Sejak diluncurkan di Indonesia pada bulan Februari, Chery Omenda E5 mengalami peningkatan penjualan dan telah menerima setidaknya 3.600 pesanan.
Tidak berselang lama, Beijing Auto Show 2024 yang diadakan di Beijing pada 25 April hingga 4 Mei lalu juga menjadi sorotan dunia otomotif. Bahkan sejumlah pengulas mobil dan vlogger otomotif asal Indonesia secara langsung datang ke Tiongkok untuk menghadiri pameran tersebut. Sejumlah mobil listrik pintar model terbaru yang dikembangkan Huawei, Xiaomi, dan BYD menjadi daya tarik utama Beijing Auto Show 2024. Huawei dan Xiaomi yang sebelumnya dikenal sebagai produsen ponsel, telah mengejutkan dunia dengan meluncurkan mobil listrik cerdas yang mengintegrasikan teknologi mekanik, komputasi, sensorik, audio visual dan penyimpanan energi. Mereka hadir dengan desain futuristik dan teknologi yang tidak kalah dengan merek supercar seperti Porsche, namun dijual dengan harga yang sangat bersaing.
Kemajuan industri mobil listrik Tiongkok telah meresahkan negara-negara Barat. Isu overkapasitas mobil listrik Tiongkok pun sengaja dimunculkan oleh Barat untuk menghadang laju Tiongkok.
Jika kita mengamati dengan seksama, pesatnya perkembangan industri kendaraan listrik Tiongkok sebenarnya adalah hasil dari penelitian dan pengembangan teknologi, tata letak pasar, dan integrasi rantai industri Tiongkok selama bertahun-tahun. Produksi EV Tiongkok telah memenuhi kebutuhan pasar domestik negara tersebut, dan di saat yang sama juga meraih popularitas di Indonesia. Ini bukan hal yang mengejutkan. Kajian Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mengenai pasar otomotif regional menunjukkan bahwa 66 persen konsumen kendaraan di Indonesia mempunyai pandangan positif terhadap mobil Tiongkok. Alasannya antara lain keterjangkauan harga, fitur inovatif, mobilitas, dan kenyamanan. Di samping meningkatnya kesadaran tentang efisiensi penghematan energi untuk kendaraan, konsumen Indonesia juga sangat tertarik dengan fungsionalitas dan desain EV Tiongkok.
Pabrikan mobil listrik Tiongkok juga sangat total dalam memberikan layanan purna jual kepada konsumen. Dikarenakan minimnya fasilitas pengisian baterai mobil listrik di Indonesia, pabrikan Wuling telah meluncurkan layanan "Home Charging", yang memungkinkan konsumen Wuling dapat memasang alat pengisian baterai di rumah secara gratis. Dengan adanya alat charger ini, pemilik mobil Wuling Indonesia dapat melakukan pengisian baterai mobil di rumah. Strategi penjualan ini membuat Wuling berhasil meraih banyak pelanggan di Indonesia.
Selain itu, alasan Indonesia merangkul merek kendaraan listrik Tiongkok adalah kebutuhan pembangunan di Indonesia sendiri. Tujuannya jelas, yaitu menjadi hub kendaraan listrik di Asia dan dunia. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah Indonesia telah menerapkan reformasi besar-besaran dalam kebijakan industri, dengan menetapkan kendaraan listrik sebagai bidang pengembangan prioritas. Serangkaian kebijakan dan insentif preferensial juga diberlakukan dalam upaya menarik produsen mobil asing untuk datang berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia. Pada April 2023, pemerintah Indonesia juga menurunkan pajak pertambahan nilai kendaraan listrik secara signifikan, dari yang awalnya sebesar 11% menjadi 1%, akibatnya harga jual kendaraan listrik juga turun secara signifikan.
Selain dari sektor industri, kita juga tidak boleh mengabaikan dampak positif kendaraan listrik terhadap lingkungan hidup. Dalam pengembangan industri mobil listrik di Indonesia, Tiongkok adalah partner yang tepat. Kedua negara dapat mencapai sinergi yang lebih besar dalam industri ramah lingkungan, termasuk manufaktur mobil listrik, yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap transformasi ramah lingkungan global dan pembangunan berkelanjutan.