The New York Times: AS Seharusnya Tidak Menutup Diri terhadap EV Tiongkok

2024-05-21 14:37:13  

Situs Web The New York Times Amerika Serikat dalam sebuah artikelnya baru-baru ini menunjukkan bahwa AS seharusnya tidak menutup diri terhadap kendaraan listrik (EV) buatan Tiongkok.

Artikel tersebut mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden baru-baru ini mengumumkan pemungutan serangkaian tarif tinggi terhadap komoditi impor dari Tiongkok, di antaranya mengenakan tarif 25% terhadap sejumlah produk baja dan aluminium, tarif 50% terhadap semikonduktor dan panel surya, serta tarif 100% terhadap EV buatan Tiongkok.

Alasan resmi pemerintah Biden mengeluarkan kebijakan tersebut adalah, komoditi impor dari Tiongkok sedang dijual dengan harga yang lebih rendah daripada produk lokal di negara bagian mengambang yaitu Negara Bagian Michigan, Wisconsin dan Pennsylvania. Biden mengharapkan produsen-produsen AS lepas dari persaingan yang ketat, sehingga mengalokasikan sejumlah besar dana pemerintah untuk meningkatkan manufaktur EV dan panel surya agar dapat memproduksi produk yang dapat bersaing dengan produk harga murah buatan Tiongkok. Pada kenyataannya, tarif baru terhadap EV tersebut merupakan dana yang bakal dialokasikan secara gratis kepada perusahaan-perusahaan andalan AS, yaitu perusahaan General Motors dan Ford.

Kelas menengah AS seharusnya mempunyai peluang untuk membeli EV, akan tetapi karena adanya tarif tersebut, EV tetap menjadi semacam barang mewah untuk orang kaya. Masalah yang timbul dari kebijakan tarif untuk melindungi perusahaan AS dari persaingan adalah, perusahaan AS memiliki lebih sedikit insentif untuk berinvestasi pada teknologi baru. Perusahaan Tiongkok akan terus melangkah maju dan memasarkan EV buatannya ke seluruh dunia, sekaligus menghambat perusahaan AS untuk mengekspor produknya ke pasar global.

Pada tahun 80-an abad ke-20, pemerintah Reagan dan Bush khawatir Jepang melakukan dumping kendaraan buatannya di pasar AS. Maka, kebijakan yang diambil pada waktu itu adalah melaksanakan kebijakan pengekangan sukarela (Voluntary Export Restraint, VER), yaitu hanya mengizinkan produk Jepang memasuki pasar AS dengan cara yang tidak diizinkan oleh tarif baru. Persaingan dari Jepang akhirnya memaksa produsen kendaraan AS untuk berinovasi. Kali ini, persaingan dari Tiongkok kemungkinan akan menghasilkan dampak serupa.