Prinsip Satu Tiongkok Tak Tergoyahkan

2024-05-22 12:00:12  

Baru-baru ini, William Lai Ching-te yang menyebut dirinya sebagai “Pekerja Pragmatis Kemerdekaan Taiwan” menjabat sebagai pemimpin daerah Taiwan. Dalam pidato pelantikannya, dia secara terang-terangan menyatakan bahwa kedua sisi Selat Taiwan tidak saling berhubungan, dan dengan sewenang-wenang menggembar-gemborkan “ancaman militer” Daratan Tiongkok, mencoba terus “mengupayakan kemerdekaan Taiwan dengan mengandalkan kekuatan asing”, dan “mengupayakan kemerdekaan Taiwan dengan mengandalkan kekuatan militer”. Bersamaan dengan hal itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan ucapan selamat kepada William Lai Ching-te atas pelantikan jabatannya, AS bahkan mengirim utusannya untuk menghadiri upacara pelantikan William Lai tersebut. Ini merupakan pertunjukkan terbaru persekongkolan antara AS dan Taiwan untuk melanggar prinsip Satu Tiongkok. Akan tetapi, bagaimanapun perbuatan mereka, prinsip Satu Tiongkok yang dipertahankan oleh masyarakat internasional tidak dapat digoyahkan.

Taiwan merupakan bagian dari Tiongkok. Baik pemilihan daerah maupun pergantian pemerintahan Taiwan, semuanya merupakan urusan lokal dalam negeri Tiongkok. Dalam pidato pelantikannya, William Lai secara terbuka menggembar-gemborkan “Teori Dua Negara”, berupaya mengaitkan Taiwan dengan dunia, berupaya semaksimal mungkin mendorong “internasionalisasi masalah Taiwan”,  mencoba memanfaatkan kekuatan eksternal untuk mencampuri situasi Taiwan demi mewujudkan “kemerdekaan Taiwan dengan mengandalkan kekuatan asing” dan mengupayakan kemerdekaan Taiwan dengan mengandalkan kekuatan militer”. Sementara itu, serangkaian pernyataan dan tindakan keliru pihak AS dengan serius melanggar prinsip Satu Tiongkok dan ketentuan yang tercantum dalam Tiga Komunike Bersama Tiongkok-AS, serta dengan serius melanggar komitmen politiknya untuk hanya menjalin hubungan kebudayaan dan komersial serta hubungan non-resmi lainnya dengan Taiwan, tindakan AS telah memberikan sinyal keliru yang serius kepada kekuatan separatis “Kemerdekaan Taiwan”. Hal ini sekali lagi membuat dunia melihat dengan jelas bahwa persekongkolan dan provokasi AS dan Taiwan adalah ancaman yang sesungguhnya bagi perdamaian dan kestabilan di Selat Taiwan.

Analis menunjukkan, William Lai berani secara sewenang-wenang menyampaikan pernyataan yang provokatif karena telah mendapat izin dari pihak AS. Walaupun pihak AS dalam jangka panjang tidak mempercayai William Lai, tapi mereka berniat memanfaatkan William Lai untuk melontarkan argumentasi “Kemerdekaan Taiwan”, untuk mencoba mengetahui respons dari daratan Tiongkok. Tahun ini adalah tahun pemilu di AS, dan sejumlah orang AS ingin mengantongi suara sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan isu “Taiwan”.

Masalah Taiwan adalah inti kepentingan vital Tiongkok, serta dasar dari landasan politik hubungan Tiongkok-AS, sementara juga garis batasan utama yang tak boleh dilanggar dalam hubungan Tiongkok-AS. Kini, daratan Tiongkok telah hak dominan perkembangan hubungan kedua tepi Selat, bertekad dan berkemampuan untuk memelihara perdamaian dan kestabilan di Selat Taiwan, serta memelihara kedaulatan dan keutuhan wilayah negara. Pihak AS harus segera menghentikan segala kontak resminya dengan Taiwan, menghentikan penjualan senjatanya kepada Taiwan, serta dengan ketat menaati prinsip Satu Tiongkok dan komitmen politik yang dibuatnya kepada pihak Tiongkok. Apabila pihak penguasa Partai Progresif Demokratik dan kekuatan “Kemerdekaan Taiwan” bersikeras mengupayakan kemerdekaan Taiwan dan mengorbankan kepentingan Bangsa Tionghoa, mereka pasti akan mendapat hukuman yang keras. Tiongkok harus disatukan dan pasti akan disatukan, ini adalah tren sejarah yang tidak dapat dihalangi.