Konsep Damai Peradaban Tiongkok

2024-05-31 13:56:10  

Masyarakat Palembang dikenal sebagai masyarakat yang hidup berdampingan secara rukun dan damai meskipun terdiri dari berbagai suku bangsa, ras dan golongan. Di sini ada sebuah tradisi unik untuk menyelesaikan konflik secara kekeluargaan, yaitu Tradisi Tepung Tawar. jika terdapat perkelahian atau konflik maka diwajibkan bagi pihak yang salah untuk memberi tepung kepada pihak yang tidak bersalah dalam perkelahian tersebut. Tepung tawar perdamaian dilakukan setelah kedua pihak yang bermasalah sepakat menghadap pemangku adat, dilanjutkan dengan prosesi pertemuan keluarga kedua pihak dengan membawa nasi kunyit panggang ayam dan makanan sebagai syarat prosesi perdamaian. Masyarakat Palembang lebih mengutamakan upaya perdamaian ketika terjadi sebuah konflik atau pertikaian, sehingga diharapkan kedua belah pihak yang berkonflik dapat saling memaafkan.

 

Adat Tepung Tawar untuk menyelesaikan perselisihan secara damai sejalan dengan konsep perdamaian dalam Peradaban Tiongkok. Perdamaian ini tidak hanya mengakar dalam dunia spiritual bangsa Tiongkok, tetapi juga terus diwariskan dan dikembangkan selama ribuan tahun. Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat adalah bukti konsep damai dalam peradaban Tiongkok. Dalam pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat selama 7 kali, mereka tidak pernah merampok sepeser pun, tidak melancarkan invasi militer, juga tidak merebut satu inci pun wilayah negara lain. Pelayaran tersebut dilakukan untuk menyebarkan filosofi Konfusianisme, Budha, Taoisme, dan Islam dengan ciri khas Tiongkok, serta mempromosikan kearifan lokal Tiongkok. Ulama terkenal Buya Hamka pernah menulis “Seorang muslim dari Tiongkok yang amat erat kaitannya dengan kemajuan dan perkembangan agama Islam di Indonesia dan Melayu adalah Laksamana Cheng Ho.

 

Pada 18 April 1955, Konferensi Asia Afrika diadakan di Bandung, Indonesia dengan dihadiri perwakilan dari 29 negara. Konferensi ini merupakan konferensi internasional berskala besar pertama dalam sejarah dunia yang diprakarsai oleh negara-negara Asia dan Afrika tanpa partisipasi kekuatan kolonial, yang bertujuan untuk membahas isu-isu terkait negara-negara Asia dan Afrika. Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Tiongkok pada saat itu Zhou Enlai memimpin delegasi Tiongkok untuk menghadiri Konferensi Bandung dan mengusulkan konsep "mencari titik temu dalam perbedaan". Konferensi Asia-Afrika menghasilkan sepuluh prinsip penanganan hubungan internasional. Yang dikenal dengan “Dasasila Bandung" yang mengusung prinsip persatuan, persahabatan, dan kerja sama. Dasasila Bandung terus diwariskan hingga saat ini dan telah memberikan kontribusi positif bagi mendorong perdamaian dan kerja sama di dunia.

 

Jika melihat kembali sejarah, kita dapat dengan jelas melihat bahwa konsep damai dalam peradaban Tiongkok bukan hanya merupakan kekayaan budaya Tiongkok, namun juga merupakan landasan nilai penting bagi Tiongkok dalam menangani hubungan internasional dan mendorong perubahan dalam tatanan global. Dari beberapa fakta di atas, terlihat bahwa dari zaman dahulu sampai sekarang, Tiongkok selalu mendorong kerja sama dan pertukaran peradaban yang setara dan saling menguntungkan antara Timur dan Barat. Hal ini juga menjadi bukti Tiongkok selalu berpegang pada jalan pembangunan secara damai, menyelesaikan perselisihan internasional melalui kerja sama dan dialog, serta selalu berupaya menyumbangkan kearifannya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dunia.

 

Presiden Terpilih Indonesia Prabowo Subianto dalam pidatonya di Shangri-La Dialogue 2022 di Singapura mengungkap cara Asia atau "The Asian Ways" dalam menghadapi berbagai tantangan geopolitik dunia untuk mencapai perdamaian. Menurut dia, cara itu ditemukan berdasar pengalaman 40 hingga 50 tahun terakhir, bahwa orang Asia menolak untuk didominasi, diperbudak, dieksploitasi, demi hidup damai dengan jalan kepemimpinan yang bijaksana. “Kami telah memutuskan bahwa pengalaman umum kami didominasi, diperbudak, dieksploitasi negara Barat, memaksa kami sekarang untuk berjuang, untuk menciptakan lingkungan yang damai. Pengalaman umum dijajah dan diperbudak membuat negara-negara Asia mencari cara kolektif untuk menciptakan lingkungan yang ramah.” Seruan perdamaian tersebut selaras dengan konsep perdamaian dalam peradaban Tiongkok, dan terasa sangat berharga di masa kini yang penuh gejolak dan perubahan. Sudah seharusnya semua bangsa dan umat manusia bekerja sama untuk mendorong kemajuan dan kemakmuran dengan berlandaskan semangat perdamaian dan saling menguntungkan, sehingga tercipta dunia yang damai, aman, makmur, terbuka, inklusif, dan indah.