Apa itu Hari Warisan Budaya dan Alam?

Hari Warisan Budaya dan Alam berasal dari Hari Warisan Budaya, yang jatuh pada setiap hari Sabtu kedua di bulan Juni, tujuannya untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk melindungi warisan budaya, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan warisan budaya.

Pada tahun 90-an abad ke-20, ada ahli yang mengajukan untuk menetapkan Hari Warisan Budaya di Tiongkok seperti yang dilakukan oleh sejumlah negara Eropa. Pada bulan Desember 2005, Dewan Negara Tiongkok memutuskan, mulai tahun 2006, setiap hari Sabtu kedua di bulan Juni setiap tahun ditetapkan sebagai Hari Warisan Budaya Tiongkok. Pada bulan September 2016, Dewan Negara Tiongkok setuju untuk mulai dari tahun 2017 mengubah Hari Warisan Budaya menjadi Hari Warisan Budaya dan Alam. Setiap tahun, Administrasi Warisan Budaya Nasional Tiongkok akan memilih satu kota sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Hari Warisan Budaya. Hari Sabtu besok (08/06) adalah Hari Warisan Budaya dan Alam tahun 2024, dan tema tahun ini adalah “Melindungi peninggalan budaya dan mewarisi peradaban”.

Warisan budaya Tiongkok mengandung nilai spiritual, cara berpikir, dan imajinasi bangsa Tionghoa yang unik, yang memperlihatkan vitalitas dan kreativitas bangsa Tionghoa, tidak hanya merupakan hasil dari kecerdasan bangsa Tiongkok, tapi juga merupakan harta karun seluruh peradaban manusia.

Logo Hari Warisan Budaya Tiongkok menggunakan pola ornamen emas yang digali dari situs sejarah Jinsha di Chengdu, provinsi Sichuan. Pakar menamakannya sebagai “Burung Dewa Matahari” atau “Empat Burung yang Mengitari Matahari”. Matahari dalam gambar ini memancarkan dua belas sinar cahaya ke segala arah, melambangkan cahaya, kehidupan, dan keabadian. Sedangkan empat burung dewa yang terbang mengelilingi matahari melambangkan kebebasan, keindahan, persatuan dan kemajuan. Gambar lingkaran yang sempurna tersebut melambangkan persatuan nasional, kerukunan dan toleransi, dan bentuk lingkaran ini juga mencerminkan konsep perlindungan.