Tiongkok dan Australia Hendaknya Berupaya Pelihara Tren Perkembangan Baik Hubungan Kedua Negara

2024-06-19 16:23:04  

Tanggal 15-18 Juni lalu, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang melakukan kunjungan resmi ke Australia. Kedua belah pihak mengeluarkan “Pernyataan Hasil Bersama Pertemuan Tahunan Tingkat Perdana Menteri Tiongkok-Australia”, dan mencapai serangkaian kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan dan sosial dan budaya. Perdana Menteri Australia Albanese menyebut bahwa kunjungan kali ini merupakan “langkah penting” untuk menstabilkan hubungan kedua negara.

Tahun ini memperingati 10 tahun kunjungan kenegaraan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Australia sekaligus 10 tahun penjalinan kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-Australia. Selama satu dekade ini, hubungan Tiongkok dan Australia telah mengalami gejolak. Selama masa pemerintahan dua angkatan pemerintah Australia sebelumnya, pihak Australia nekat mengikuti pihak AS, mencoreng Tiongkok dalam masalah-masalah pembangunan jaringan 5G, Xinjiang, dan Laut Tiongkok Selatan, mengakibatkan hubungan bilateral anjlok ke level terendah. Setelah Partai Buruh Australia mulai berkuasa pada bulan Mei tahun 2022, Presiden Xi Jinping mengadakan pertemuan dengan PM Albanese di Pulau Bali Indonesia dan Beijing, serta mencapai kesepahaman penting seputar menstabilkan dan memperbaiki hubungan kedua negara. Dalam latar belakang tersebut, kunjungan PM Tiongkok ke Australia kali ini justru meneruskan tren stabil membaiknya hubungan bilateral.

“Kembali ke rel tepat”, “mencari persamaan di tengah perbedaan”, penilaian serupa kerap kali muncul dalam liputan media asing. Kantor Berita Reuters mengutip perkataan Menlu Australia Penny Wong melaporkan bahwa kunjungan PM Tiongkok kali ini telah menunjukkan pentingnya kestabilan hubungan kedua mitra dagang utama.

Bertolak dari titik awal yang baru, bagaimana memelihara dan mengembangkan dengan baik tren positif hubungan Tiongkok-Australia yang sangat berharga itu? Petunjuk terpenting dari pengalaman masa lalu adalah menjunjung sikap saling menghormati, mencari persamaan di tengah perbedaan, dan bekerja sama yang saling menguntungkan.

Kunci utama hubungan antar negara adalah saling menghormati keadaan dan kepentingan inti satu sama lain. Dalam pertemuan tahunan PM Tiongkok-Australia tahun ini, pihak Australia menyatakan pihaknya mempertahankan kebijakan Satu Tiongkok dan tidak mendukung “kemerdekaan Taiwan”, tidak menggunakan isu perselisihan untuk mendefinisi hubungan bilateral, serta mendorong hubungan Australia dan Tiongkok terus membaik dan berkembang. Jika pendirian dan pernyataan tersebut terlaksana dengan sungguh-sungguh, pasti dapat terus memperkukuh fondasi rasa saling percaya antara Tiongkok dan Australia.

Keunggulan ekonomi Tiongkok dan Australia saling mengisi dan saling melengkapi, merupakan mitra kerja sama alami. Volume perdagangan Tiongkok dan Australia pada tahun 2023 mencapai 229,2 miliar dolar US, sedangkan sekitar 80 persen dari surplus perdagangan total Australia berasal dari perdagangannya dengan Tiongkok. Bulan Maret lalu, Tiongkok mencabut pengenaan pajak anti dumping dan pajak anti subsidi terhadap anggur buatan Australia yang diekspor ke Tiongkok. Satu bulan kemudian, Australia mengekspor anggur senilai 86 juta dolar Australia ke Tiongkok, dan volume penjualannya melampaui 3 tahun sebelumnya. Pejabat Australia berpendapat bahwa usaha anggur Australia telah menyambut “masa depan yang menakjubkan” berkat pasar Tiongkok.

Kedua belah pihak pun menandatangani MoU untuk lebih lanjut mendorong implementasi perjanjian perdagangan bebas Tiongkok-Australia, dan hal tersebut juga menjadi salah satu titik cerah dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan. Perjanjian perdagangan bebas Tiongkok-Australia merupakan perjanjian perdagangan bebas berlevel tinggi pertama yang ditandatangani Tiongkok dengan negara maju utama Barat, dan mulai diberlakukan pada bulan Desember tahun 2015. Perjanjian tersebut semaksimal mungkin menurunkan batas hubungan perdagangan dan investasi kedua belah pihak, dan menetapkan pengaturan sistematik yang lebih terbuka, nyaman dan terstandardisasi bagi hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-Australia, telah mendorong kuat hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara. 

Selain itu, pihak Tiongkok juga menyatakan kesediaannya untuk aktif bekerja sama dengan Australia di bidang kendaraan listrik (NEV) dan pembangkit listrik energi terbarukan, hal tersebut akan menambahkan daya penggerak yang baru bagi hubungan bilateral. Seperti yang ditunjukkan oleh Dewan Bisnis Tiongkok Australia, tanpa Tiongkok, biaya pembelanjaan konsumen Australia akan bertambah 4,2%. Hal tersebut sekali lagi membuktikan bahwa sifat dasar hubungan Tiongkok-Australia adalah saling menguntungkan dan menang bersama, perkembangan hubungan Tiongkok dan Australia menjadi peluang bagi satu sama lain dan bukan tantangan.

Selain kerja sama “keras”, antara Tiongkok dan Australia juga terdapat pertukaran “lunak”. PM Tiongkok secara khusus datang berkunjung ke Kebun Binatang Adelaide untuk menginspeksi penelitian kooperatif konservasi panda raksasa kedua negara, dan menengok panda raksasa yang sedang bersinggah di Australia, yakni “Wang Wang” dan “Fu Ni”. Selain itu, pihak Tiongkok memutuskan untuk memasukkan Australia ke dalam daftar negara bebas visa unilateral, kedua belah pihak sepakat untuk saling memberikan visa multiple entry dengan tujuan wisata, bisnis dan kunjungan kerabat selama 3 hingga 5 tahun, hal-hal tersebut telah membuktikan upaya Tiongkok dan Australia untuk mendorong pertukaran sosial dan budaya.

Yang patut diperhatikan adalah, PM Albanese dalam artikelnya yang dipublikasikan baru-baru ini mengatakan, kriteria yang sesungguhnya untuk mengukur kekuatan kebijakan diplomatik adalah kemampuan untuk menangani perselisihan secara efektif, bukan kemampuan menciptakan perlawanan. Ingin menjadi pengikut AS yang membabi buta, atau bertolak dari kepentingannya sendiri secara rasional mengenal Tiongkok dan mencegah munculnya pengelompokan di Asia Pasifik? Pemerintah Australia pasti sudah memilki jawabannya sendiri.