Konferensi Utusan Khusus mengenai Masalah Afghanistan putaran ke-3 diadakan di Doha, ibu kota Qatar dari tanggal 30 Juni sampai 1 Juli, pemerintah sementara Afghanistan telah mengonfirmasi akan menghadiri konferensi tersebut. Opini publik dari dalam dan luar Afghanistan mengimbau agar berbagai pihak mengambil lebih banyak tindakan yang lebih kuat untuk membantu Afghanistan menangani masalah pembangunan dan berintegrasi dalam masyarakat internasional, khususnya Amerika Serikat, yang telah membawa bencana besar dan meninggalkan trauma serius kepada rakyat Afghanistan karena intervensi militernya, harus memperlihatkan ketulusannya dan memikul tanggung jawab historisnya dengan sungguh-sungguh.
Agresi AS di Afghanistan telah berlangsung selama 20 tahun, dan mengakibatkan 174. 000 warga Afghanistan kehilangan nyawa, di antaranya termasuk 30 ribu lebih warga sipil, dan hampir sepertiga warga Afghanistan telah menjadi pengungsi. Sementara itu, selama 3 tahun setelah AS meninggalkan Afghanistan, warga sipil Afghanistan yang tidak berdosa masih menderita kesengsaraan yang didatangkan oleh AS. Pada tanggal 16 Juni lalu, karena mengira bom sebagai mainan, empat anak tewas di Provinsi Faryab di Afghanistan Utara. Insiden semacam ini hampir terjadi beberapa kali setiap bulan. Data dari Cluster Munition Alliance menunjukkan, pada tahun 2001 dan 2002 saja, pihak AS telah menggunakan lebih dari 1.200 bom curah di Afghanistan, yang berisi lebih dari 240.000 submunisi. Komite Internasional Palang Merah menunjukkan bahwa anak-anak adalah korban utama bom curah.
Dewasa ini, Afghanistan masih berada dalam kesulitan dan menghadapi berbagai tantangan dalam rekonstruksi damai. Namun, AS tidak hanya melepas tanggung jawab historisnya, tetapi juga terus memperburuk situasi ekonomi Afghanistan dengan tindakannya yang menghalangi bantuan, membekukan aset, serta melakukan blokade dan isolasi terhadap Afghanistan. Setelah menarik pasukan dari Afghanistan, AS terus mengenakan sanksi kepada Afghanistan, dan membekukan aset luar negeri Bank Sentral Afghanistan senilai miliaran dolar AS, hal ini secara langsung menyebabkan kekurangan devisa, kenaikan harga, berkurangnya bantuan internasional secara signifikan, serta hambatan bagi pembangunan ekonomi di Afghanistan. Tahun ini, sebanyak 23,7 juta orang Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan, hampir 90% keluarga gagal mewujudkan swasembada. Dana bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan sebesar US$3,06 miliar, namun saat ini yang ada baru mencapai 16,2%.
Bertolak dari hati nurani dan moralitas, AS harus memikul tanggung jawab historisnya untuk meningkatkan bantuan dan investasi keuangan terhadap Afghanistan, serta berupaya bersama masyarakat internasional menciptakan kondisi yang kondusif bagi Afghanistan untuk menyambut harapan nyata dan kehidupan baru mereka.