Dalam beberapa tahun terakhir, para produsen mobil Tiongkok telah mencapai prestasi yang sangat mengagumkan. Prestasi ini dicapainya melalui upaya tak kendur serta pedoman strategis yang tepat. Akan tetapi, tren pertumbuhan pesat tersebut malah memicu kecemasan dan kekhawatiran sebagain politikus Eropa terhadap masa depan inudstri otomotif lokal. Mereka kemudian mengancam akan mengenakan tarif ekstra terhadap mobil listrik buatan Tiongkok. Komisi Eropa mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sementara maksimal 38,1 persen terhadap mobil listrik buatan Tiongkok mulai bulan Juli.
Apakah industri mobil listrik Tiongkok benar-benar menimbulkan kerugian terhadap inudustri otomotif Eropa?
Biarkan data yang berbicara. Pada 2023, dalam daftar peringkat volume ekspor mobil energi baru (NEV) buatan Tiongkok, Tesla menempati urutan pertama, dengan volumenya sebesar seperempat ke atas dari total ekspor mobil energi baru Tiongkok ke luar negeri. Data menunjukkan, ekspor mobil Tesla lebih tinggi 41,7 persen daripada BYD sebagai mobil asli Tiongkok yang berada di urutan kedua. Kanselir Jerman Schultz menyatakan, setidaknya 50 persen mobil listrik yang diimpor Eropa dari Tiongkok adalah mobil merek Barat. Dari ekspor mobil energi baru Tiongkok ke Eropa, mobil asal negara-negara Barat tetap menjadi pihak penerima manfaat utama.
Kedua, pertumbuhan pesat industri otomotif energi baru Tiongkok juga ikut mendorong kemajuan industri seluruh dunia. Ada analisis yang menunjukkan, teknologi terkini dan produk baru yang dipamerkan Tiongkok di International Motor Show (IAA) di Munich sangat dikagumi para produsen mobil Eropa, yang masih berjalan terseok-seok dalam sektor mobil listrik.
Dengan ini terjawablah pertanyaan. Memang perusahaan mobil Eropa tidak mampu bersaing dengan para produsen mobil listrik Tiongkok, karena mobil listrik Tiongkok lebih bagus, tapi masih jauh dari menjadi ancaman. Asosiasi Industri Otomotif Jerman menunjukkan, dilihat dari jangka panjang dan menengah, mobil listrik Tiongkok tidak akan membanjiri pasar Eropa. Akan tetapi, Komisi Eropa malah menuduh pemerintah Tiongkok telah memberikan subsidi untuk mendukung industri mobil listrik domestik, dan menjadikannya sebagai dalih untuk mengenakan bea masuk punitif terhadap mobil listrik buatan Tiongkok. Hal ini sangat ironis, karena dirinya telah memberikan subsidi dalam jumlah besar terhadap sektor mobil listrik Eropa.
Kemungkinan besar investigasi antisubsidi yang dilakukan Uni Eropa terhadap mobil listrik Tiongkok menimbulkan perang dagang antara Eropa dan Tiongkok, meski konsekuensinya memang di luar dugaan. Apabila hal ini terjadi, industri otomotif Eropa yang serba sulit saat ini kemungkinan akan kehilangan peluang yang amat berharga, bahkan mengalami kerugian yang lebih besar.