Kalangan Bisnis dan Politik UE Menentang Penambahan Tarif Impor terhadap Mobil Buatan Tiongkok

2024-07-06 14:21:19  


Menanggapi Komisi Eropa (UE) yang mengenakan tarif impor tambahan terhadap mobil listrik buatan Tiongkok, sejumlah tokoh kalangan bisnis dan politik Eropa baru-baru ini berturut-turut menyatakan kekecewaan, dan berpendapat tindakan tersebut bakal merugikan kepentingan para konsumen Eropa dan melambatkan proses transformasi dan eskalasi industri otomotif Eropa, tidak bermanfaat bagi peningkatan daya saing UE ,dan juga tidak bermanfaat bagi terwujudnya target netral karbon.

Sejumlah tokoh kalangan bisnis dan politik Eropa dengan jelas menentang perbuatan Komisi Eropa. Ketua Komisaris Grup BMW Oliver Zipse tanggal 4 lalu menyatakan, perbuatan Komisi Eropa tidak bisa berlaku, selain tidak bisa meningkatkan daya saing para produsen otomotif Eropa, tapi juga akan merugikan perusahaan multinasional.

Menteri Perhubungan Jerman Volker Wissing menunjukkan penambahan tarif bea masuk merupakan semacam “perbuatan disruptif ”. Dia menghimbau Komisi Eropa tidak memberlakukan tarif tambahan, melainkan merancang regulasi persaingan yang baik dan setara. Wissing menyatakan, hendaknya mencari solusi melalui dialog, mendorong persaingan bukannya membuat halangan. Ketua Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) Hildegard Muller menyatakan pula bahwa Tiongkok dan Eropa seharusnya berupaya untuk mencari solusi melalui dialog terbuka dan konstruktif.

Direktur Pusat Politik dan Ekonomi Internasional Eropa Matthias berpendapat bahwa, tiada pihak yang akan untung dari penambahan tarif impor. Tindakan UE tersebut tidak hanya akan mempengaruhi perusahaan otomotif Tiongkok, tapi juga memukul para produsen otomotif asing yang berbisnis di Tiongkok.

Kamar Dagang Tiongkok UE tanggal 4 lalu menyatakan, pihak Eropa hendaknya dengan aktif mendorong koordinasi antara Tiongkok dan Eropa di bidang inovasi teknologi, infrastruktur dan saling pengakuan kriteria otomotif, dan mengembangkan peranan dukungan dan bimbingan kebijakan. Pihaknya menyerukan UE kembali ke multilateralisme untuk mendorong perdagangan bebas dan kerja sama global, bukannya semakin menerapkan proteksionisme dan mengenakan tarif tambahan yang tinggi.